Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vaksin Corona Dibanderol Sekitar Rp200.000, Mahal atau Tidak?

Bio Farma didorong untuk bekerjasama dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19.
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas produksi dan pengemasan vaksin Covid-19 di PT Bio Farma (Persero), Bandung Jawa Barat, Selasa (11/8/2020) - Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas produksi dan pengemasan vaksin Covid-19 di PT Bio Farma (Persero), Bandung Jawa Barat, Selasa (11/8/2020) - Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) berasumsi harga vaksin Covid-19 senilai Rp200.000 per dosis. Hal ini mematahkan keresahan masyarakat yang sempat ramai mengira harga vaksin mencapai jutaan rupiah per dosis.

“Kalau harganya Rp200.000 per dosis dan tiap orang harus disuntik dua kali artinya harganya Rp400.000 per orang,” kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI secara daring, Senin (5/10/2020).

Vaksin tersebut masih dalam pengerjaan bersama dengan perusahaan farmasi Sinovac dari China. Untuk melanjutkan kerja samanya, Bio Farma harus segera membayar sebesar Rp24 triliun kepada Sinovac untuk pengadaan vaksin di Indonesia.

Oleh karena itu, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani meminta Pemerintah segera menyiapkan anggaran tersebut, mengingat mendesaknya kebutuhan vaksin Covid-19 di Indonesia.

“Pemerintah harus menyelesaikan pembayaran agar proses vaksinasi dapat segera dilakukan. Ini untuk jaminan keselamatan rakyat, jadi harus diprioritaskan,” kata Netty mengutip siaran pers DPR, Selasa (6/10/2020).

Netty juga mendesak Pemerintah agar segera menyusun dan mengesahkan Perpres vaksinasi agar proses vaksinasi dapat segera diimplementasikan.

"Lahirnya Perpres vaksin sangat mendesak, agar proses vaksinasi dapat segera dilakukan terhadap 170 juta rakyat Indonesia. Apalagi presiden sudah memberikan instruksi bahwa Perpres harus sudah selesai dalam waktu dua minggu terhitung sejak Senin pekan lalu,” kata Netty.

Netty juga meminta Bio Farma bekerjasama dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan vaksin. Menurut standar WHO, setidaknya 70 persen penduduk atau sekitar 170 juta orang Indonesia harus divaksin sebanyak dua kali penyuntikan.

"Kapasitas Bio Farma hanya sanggup produksi 250 juta per tahun, jadi harus berkolaborasi dengan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan vaksin di tanah air," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper