Bisnis.com, JAKARTA - Tak bisa dipungkiri, kesuksesan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah DKI Jakarta ikut dipengaruhi oleh ekosistem berbasis teknologi informasi.
Karena pemanfaatan teknologi informasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 makin meluas tak terbatas pada upaya pemetaan wilayah rawan dan pemantauan jumlah orang yang terpapar saja.
Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Jakarta Smart City menyatakan telah menyiapkan kanal yang dapat digunakan untuk melakukan pengawasan lebih luas agar tidak terjadi pelanggaran PSBB. Adapun, kanal yang dimaksud adalah aplikasi Jakarta Kini (JAKI) yang sudah bisa digunakan oleh masyarakat untuk melaporkan pelanggaran PSBB.
Salah satu fitur yang ada di aplikasi tersebut, yakni JakLapor terintegrasi dalam sistem terpusat Cepat Respon Masyarakat (CRM) milik Pemprov DKI Jakarta.
Menurut Kepala BLUD Jakarta Smart City Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi DKI Jakarta Yudhistira Nugraha, upaya penanganan serta penuntasan pandemi Covid-19 menuntut partisipasi aktif masyarakat yang berkolaborasi dengan pemerintah.
“Kerja sama tersebut juga diharapkan dapat menciptakan sebuah ekosistem pengawasan berbasis kerakyatan yang dapat membangun kewaspadaan serta kesadaran bersama untuk mematuhi aturan-aturan yang berlaku selama PSBB,” katanya.
Baca Juga
Selain itu, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan selama masa pandemic Covid-19, terutama saat penerapan PSBB JakLapor menyediakan beberapa kategori yang dapat digunakan untuk menampung aduan kesehatan, gangguan ketentraman dan ketertiban, tenaga kerja, bantuan sosial, serta perdagangan.
“Seluruh laporan yang disampaikan di JakLapor akan menjadi bahan evaluasi kinerja petugas dinas di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. [Ekosistem] berbasis teknologi geo-tagging untuk menjamin ketepatan lokasi serta mempercepat proses tindak lanjut oleh petugas OPD [Organisasi Perangkat Daerah] atau instansi terkait,” ungkap Yudhistira.
Menurut data yang terkumpul pada periode 1 Maret-15 September 2020, CRM telah menerima sebanyak 5.275 laporan berkaitan dengan pelanggaran PSBB. Dari jumlah tersebut, 96% atau 5.062 laporan telah berhasil ditindaklanjuti dan diselesaikan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Sementara 2% laporan masih dalam tahap koordinasi, 0,7% laporan masih proses disposisi, 0,7% laporan masih sedang dikerjakan dan 0,7 persen dalam proses menunggu. Masyarakat dapat mengakses dashboard CRM mengenai Pelanggaran PSBB melalui laman corona.jakarta.go.id/id/data-visualisasi.
Adapun, untuk situs corona.jakarta.go.id Head of Communications Jakarta Smart City Raedi Fadil Zulfahmi menyebut sejauh ini sudah diakses oleh lebih dari 1,1 juta pengguna internet selama sebulan terakhir berdasarkan data Google Analytics.
Berbeda dengan Pemprov DKI Jakarta, Pemkab Trenggalek, Jawa Timur punya cara yang berbeda dalam menggunakan ekosistem teknologi informasi untuk mencegah penyebaran Covid-19 makin meluas di wilayahnya.
Menurut Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, pihaknya menggandeng perusahaan rintisan Qlue untuk menyiapkan pos pemeriksaan protokol kesehatan berbasis teknologi informasi.
Bekerjasama dengan Qlue, Pemkab Trenggalek menyiapkan perangkat QlueThermal berbasis kecerdasan buatan untuk mengawasi suhu tubuh, penggunaan masker, dan kerumunan orang secara otomatis. Dengan demikian penggunaan thermal gun yang justru berisiko terhadap petugas pemeriksa bisa dihindari.
Selain itu, Nur Arifin menyebut penggunaan QlueThermal mempermudah pihaknya mencatat jumlah pelanggaran yang terjadi.
“Sejak digunakan Juli lalu, perangkat QlueThermal sudah mendapatkan lebih dari 20 ribu data dengan rata-rata suhu tubuh 36,5 °C. Jumlah pelanggaran [tidak menggunakan masker] lebih dari 2.500 orang dan lebih dari 400 orang [diantaranya] memiliki suhu tubuh di atas normal," tuturnya.
Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Pengembangan Bencana B.Wisnu Widjaja mengatakan peran teknologi informasi sangat dibutuhkan dalam hal penanggulangan bencana, tak terkecuali penanganan wabah seperti kondisi saat ini. Oleh karena itu, kolaborasi antarpihak, interkonektivitas, dan mahadata menjadi penting dalam hal ini.
“Semua informasi seharusnya semuanya ada di tangan kita dan kita bisa mengambil keputusan tanpa harus menunggu yang lain untuk selamat. Ini yang sering saya contohkan adalah early warning yang terbaik adalah seperti Google Maps. Karena saya yang bisa memutuskannya sendiri,” ujarnya.
Namun, hal tersebut tentunya tak bisa sukses tanpa adanya kesadaran dan juga partisipasi langsung dari masyarakat.