Bisnis.com, JAKARTA - Asean Foreign Minister Meeting ke-53 menyoroti adanya gejolak di kawasan Laut China Selatan (LCS) semenjak pandemi Covid-19 berlangsung.
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan tahun 2020 akan segera berakhir dalam 4 bulan ke depan. Namun, suasana geopolitik dan geoekonomi justru bergejolak.
"Termasuk Laut China Selatan yang memperlihatkan volatilitas yang merugikan perdamaian dan stabilitas," katanya dalam pembukaan AMM ke-53, Rabu (9/9/2020).
Lebih lanjut, Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Binh Minh menegaskan Asean akan mempertahankan posisi yang berprinsip, menahan diri, dan mengutamakan penyelesaian secara damai semua sengketa berdasarkan hukum internasional, termasuk UNCLOS 1982.
"Asean akan terus mempromosikan implementasi DOC secara penuh dan serius akan berupaya merumuskan COC yang efektif dan substantif sesuai hukum internasional dan UNCLOS 1982," ungkapnya.
DOC adalah Declaration on the Conduct of Parties in the South Chinese Sea merupakan dokumen hubungan Asean - China terkait LCS. Sementara COC adalah kode etik yang mengatur poin negosiasi terkait LCS.
Baca Juga
Untuk itu, visi Asean 2025 yang akan diformulasikan dalam dialog pada AMM kali ini diharapkan dapat membantu Asean merespons tantangan dan kesempatan yang bakal terjadi di masa depan.
Kegiatan itu juga sebagai upaya untuk menegakkan norma yang telah diabadikan di dalam Piagam PBB dan Piagam Asean yang berfokus pada hubungan antar negara.
Kedua piagam tersebut juga mengedepankan kepatuhan hukum internasional, kesetaraan, aspek saling menghormati, saling pengertian, dan saling percaya.
"Asean akan terus aktif berkontribusi dan mempromosikan perannya dalam upaya untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional," katanya.
Seperti diketahui, China justru semakin menunjukkan kekuatannya di LCS di tengah pandemi Covid-19.
Beberapa claimant country yang juga merupakan anggota Asean seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Brunei Darussalam semakin panas dengan perilaku China akhir-akhir ini.