Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Australia diyakini akan meningkatkan program pembelian obligasi atau menurunkan suku bunga untuk membantu memulihkan ekonomi dari resesi pertamanya dalam hampir 30 tahun terakhir.
Tujuh dari 11 ekonom memprediksi Reserve Bank of Australia akan meningkatkan pelonggaran kuantitatif dengan memperluas program pembelian obligasi. Ekonom UBS Group AG George Tharenou mengemukakan bahwa langkah ini dapat dimulai secepatnya pada bulan depan.
Namun, sebagian besar ekonom lainnya memperkirakan hal itu akan terjadi menjelang akhir tahun ini atau awal 2021.
Pemotongan suku bunga dan target imbal hasil obligasi 3 tahun sebesar 0,10 persen kurang populer. Hanya tiga ekonom yang meyakini kemungkinan itu.
Ekonom Phil O’donaghoe dari Deutsche Bank AG memperkirakan pelonggaran akan terjadi pada bulan Februari 2021 dan Shane Oliver dari AMP Capital Investors Ltd. juga melihat hal ini baru akan terjadi dalam enam bulan ke depan.
James McIntyre dari Bloomberg Economics mengantisipasi langkah seperti ini akan terjadi di bulan November, tak lama setelah rilis data inflasi kuartal ketiga dan tepat sebelum perkiraan terbaru RBA dirilis.
Baca Juga
“Kebijakan moneter untuk dapat dikalibrasi dengan lebih baik dengan latar belakang ekonomi yang lemah semakin kuat,” kata O'donaghoe, menggarisbawahi permintaan kredit yang lemah saat ini.
Dia tidak setuju dengan premis Gubernur RBA Philip Lowe bahwa kelemahan pinjaman adalah hasil dari ketakutan pandemi, bukan penyebab dari biaya uang.
Lowe minggu lalu memperluas dan memperpanjang fasilitas pinjaman RBA untuk perbankan dan menunjukkan kesediaan baru untuk mengeksplorasi langkah-langkah lebih lanjut dalam menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi setelah lockdown kedua di negara bagian Victoria.
Bank sentral, yang mempertahankan suku bunga dan target imbal hasil 3 tahun pada 0,25 persen Selasa lalu, juga kecewa dengan lonjakan mata uang sebesar 26 persen dari level terendahnya pada Maret lalu dan tampak ingin mendinginkan apresiasi nilai tukar dolar Australia.