Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi merangkap Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia Bambang Brodjonegoro mengatakan Lembaga Eijkman turut mengembangkan vaksin Covid-19.
Bambang menjelaskan, untuk vaksin dari Eijkman sudah 40 persen dan sedang disiapkan untuk uji sel mamalia dan pada akhir tahun bisa dilakukan uji pada hewan.
“Setelah itu tahun depan bisa diserahkan bibit vaksinnya kepada Biofarma untuk di-scale up untuk produksi dan dimulai uji klinis tahap 1 sampai 3. Diharapkan kuartal III/2021 bisa produksi tahap awal untuk keperluan publik,” ujarnya.
Disebutkan Bambang dalam upaya mengembangkan vaksin, ada studi yang harus dilakukan, terkait dengan Whole Genome Sequencing atau pengurutan keseluruhan genom yang bertujuan mengetahui karakter virus Covid-19.
“Penelitian ini dilakukan dan identifikasi oleh masing-masing negara, kemudian disubmit ke GISAID yang merupakan bank data virus influenza. Dari situ mereka melakukan analisa dan karakterisasi dari virus Covid-19 yang beredar di seluruh dunia,” jelas Bambang.
Indonesia, ungkap Bambang, sudah menyampaikan 34 urutan genom SARS CoV 2 yang kemudian hanya 24 isolat yang dilakukan penelitian lebih lanjut.
Ke-24 isolat itu 4 berasal dari UGM, 2 dari LIPI, 2 dari kerja sama ITB, UNPAD, dan Laboratorium Kesehatan Daerah, 10 dari Eijkman dan 6 dari Unair.
Terkait dengan mutasi Virus Corona menjadi D614G, GISAID memaparkan bahwa dari 24 isolat yang diberikan Indonesia, 9 di antaranya sudah mengandung mutasi D614G, yaitu 2 dari Surabaya, 3 dari Yogyakarta, 2 dari Tangerang dan Jakarta, dan 2 dari Bandung.
“Presiden GISAID mengatakan bahwa belum ada bukti virus ini lebih ganas dan berbahaya, dan tidak berpengarh pada pengembangan vaksin,” tegas Bambang.