Bisnis.com, JAKARTA – Rolls-Royce Holdings Plc membukukan kerugian pada paruh pertama tahun ini karena pandemi virus corona menghambat perjalanan udara di seluruh dunia.
Dilansir dari Bloomberg, produsen mesin pesawat ini mencatat kerugian sebelum pajak senilai US$5,4 miliar poundsterling (US$7 miliar) pada semester I/2020. Perseroan juga berencana menjual aset untuk mengumpulkan modal tambahan.
Rolls Roys mengatakan tekanan dari pelarangan armada pesawat secara global juga diperparah oleh tuduhan penutupan lindung nilai dolar yang tidak akan diperlukan karena penjualan menyusut, bersama dengan penurunan nilai aset unit usaha mesin pesawat perusahaan.
Perusahaan menargetkan meraih 2 miliar pound dari penjualan aset dalam waktu 18 bulan. Unit usaha ITP Aero menjadi salah satu aset yang paling mungkin dilepas oleh Roll Royce.
Perusahaan juga menutup pabrik dan melakukan PHK karena bergulat dengan penurunan permintaan pesawat berbadan lebar. Chief Executive Officer Warren East mengatakan 4.000 tenaga kerja telah di-PHK hingga saat ini, dari total perkiraan PHK yang mencapai 9.000 tahun ini.
“Kami telah membuat kemajuan signifikan dengan restrukturisasi kami, yang mencakup reorganisasi terbesar dari bisnis dirgantara komersil dalam sejarah kami,” kata East, seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa “keputusan sulit” ini akan secara signifikan mengurangi basis pengeluaran perusahaan.
East harus melakukan transformasi tanpa Chief Financial Officer Stephen Daintith, yang akan meninggalkan perusahaan dan menempati posisi yang sama di perusahaan pengiriman bahan makanan, Ocado.
Saham Rolls Royce telah merosot 63 persen sepanjang tahun ini dan memangkas valuasi saham perusahaan menjadi 4,9 miliar poundsterling.