Bisnis.com, JAKARTA - Jerman memperpanjang program dukungan pekerjaan pada jutaan warga untuk membantu ekonomi terbesar Eropa itu pulih dari krisis virus Corona.
Pada pertemuan di Berlin kemarin, koalisi Kanselir Angela Merkel setuju untuk memberikan subsidi penyelamatan lapangan kerja hingga akhir 2021. Subsidi, yang semula dimaksudkan untuk 12 bulan, membayar sebagian besar gaji dan memungkinkan perusahaan untuk menahan pekerja.
"Virus terus berubah dan memengaruhi kehidupan dan ekonomi kita. Kami ingin menstabilkan ekonomi kami dan menyelamatkan pekerjaan,” kata Annegret Kramp-Karrenbauer, ketua partai Demokrat Kristen Merkel, dilansir Bloomberg, Rabu (26/8/2020).
Sebelumnya, Jerman telah menggunakan program kompensasi untuk mencegah PHK massal yang juga digunakan pada saat mengatasi krisis keuangan pada 2008 dan 2009. Menurut kantor pusat Munich Institut Riset Ekonomi Ifo, ada sekitar 5,6 juta orang yang menerima tunjangan pada Juli, dibandingkan dengan 7 juta orang pada Mei,
Manfaat yang diperluas merupakan bagian dari paket pengeluaran besar yang bertujuan membantu negara itu keluar dari krisis terburuk di era pascaperang. Perpanjangan tersebut juga menunjukkan bahwa pemulihan mungkin membutuhkan waktu lebih lama dari yang diantisipasi semula.
Namun, laporan menunjukkan perusahaan Jerman telah berubah sedikit lebih optimistis bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi akan berlanjut. Barometer kepercayaan bisnis Ifo naik lebih dari yang diharapkan pada Agustus, sementara ekspektasi juga meningkat.
Baca Juga
Presiden Ifo Clemens Fuest memperingatkan bahwa sementara pemulihan berada di jalur yang benar, semuanya masih jauh dari normal dan perusahaan kemungkinan akan terus memangkas pekerjaan.
Program dukungan upah di Jerman pada awalnya mencakup sebanyak 67 persen dari upah bersih untuk rumah tangga dengan anak-anak dan meningkat seiring waktu. Komisi Eropa menggunakan program Jerman sebagai model untuk upaya regional memastikan bahwa para pekerja dicuti dan tidak dipecat.
Selain tunjangan upah, koalisi menyetujui reformasi pemilu yang kontroversial. Perubahan tersebut akan dilakukan dalam dua langkah, dimulai pada pemungutan suara nasional tahun depan dan dilanjutkan pada 2025. Tujuannya untuk mengurangi jumlah anggota majelis rendah parlemen yang saat ini memiliki rekor 709 kursi.
Jumlah tersebut dapat meningkat menjadi lebih dari 800 kursi setelah pemilihan berikutnya karena sistem yang memberikan perwakilan tambahan tergantung pada hasil.
Koalisi juga setuju untuk menggunakan sebagian dana dari dana pemulihan Uni Eropa untuk melengkapi guru dengan komputer laptop. Program ini akan menelan biaya 500 juta euro (US$590 juta).
Perpanjangan program pengupahan bukannya tidak kontroversial. Beberapa politisi mencemaskan biaya, sementara Ifo khawatir bahwa memperpanjang program terlalu lama dapat menunda perubahan yang diperlukan di pasar tenaga kerja.
"Ini adalah instrumen yang bagus, tetapi ada bahaya bahwa di area di mana kita membutuhkan perubahan struktural, di mana kita membutuhkan orang untuk pindah ke pekerjaan yang berbeda, kita mencegah perubahan struktural itu. Saya pikir masih terlalu dini untuk memperpanjangnya," katanya
Menteri Keuangan Olaf Scholz mengesampingkan kekhawatiran tersebut, dengan mengatakan perpanjangan akan memberikan stabilitas karena infeksi virus Corona melonjak di seluruh Eropa. Memperluas dukungan upah berarti bahwa perusahaan akan tahu bahwa pemerintah akan melindungi semuanya sampai akhir.
Data yang dipublikasikan menegaskan bahwa ekonomi Jerman mengalami pukulan telak pada kuartal kedua. Investasi ambruk 7,9 persen dan pengeluaran rumah tangga turun 10,9 persen, mengakibatkan penurunan 9,7 persen pada total output. Ekspor mencatat penurunan lebih dari 20 persen.
"Dengan program dukungan upah, kami memiliki instrumen yang membuat banyak orang iri. Krisis masih jauh dari selesai, jadi penting untuk diperpanjang," kata Norbert Walter-Borjans, Wakil Kepala Partai Sosial Demokrat, mitra koalisi junior Merkel.