Bisnis.com, JAKARTA — Presiden AS Donald Trump bersumpah akan melakukan pembalasan seiring penolakan Dewan Keamanan (DK) PBB atas resolusi AS untuk memperpanjang embargo senjata terhadap Iran.
Hal itu disampaikan Trump sehari setelah putusan DK PBB dalam konferensi pers di klub golfnya di New Jersey, AS.
"Kami akan melakukan serangan balik. Anda akan melihatnya pada pekan depan," tegasnya seperti dilansir The Guardian, Minggu (16/8/2020).
Namun, sekutu AS di Eropa cenderung skeptis mengenai apakah Washington dapat memaksakan embargo ini. Sementara itu, ancaman Trump justru dinilai menjadi krisis diplomatik terburuk.
Dilansir dari Aljazeera, AS hanya mendapat dukungan dari Republik Dominika untuk resolusi perpanjangan embargo senjata atas Teheran. Artinya, dari 15 negara anggota DK PBB, hanya 2 suara yang setuju.
Dua negara menolak resolusi ini, yakni Rusia dan China, sedangkan 11 negara lainnya seperti Prancis, Jerman, dan Inggris memilih abstain.
Baca Juga
Embargo terkait dengan penjualan senjata konvensional ke Iran akan berakhir pada 18 Oktober di bawah ketentuan resolusi nuklir pada 2015, yang dijalin antara Teheran dengan negara-negara adidaya.
"Dalam 75 tahun sejarah PBB, AS tidak pernah begitu terisolasi," ungkap Menteri Luar Negeri Iran Abbas Mousavi dalam akun Twitter-nya.
Sementara itu, Rusia telah mengajukan pertemuan dengan AS, Inggris, Prancis, China, dan Jerman untuk membahas antisipasi kemungkinan meningkatnya konfrontasi di PBB setelah AS meminta perpanjangan embargo.
"Masalah ini mendesak," tegas Presiden Rusia Vladimir Putin, Jumat (14/8).
Menurutnya, permintaan AS hanya akan memperkuat ketegangan dan meningkatkan risiko konflik.
Terkait hal ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron justru mengatakan bersedia hadir.
"Pada prinsipnya kami mengkonfirmasi kehadiran. Kami telah mengambil inisiatif dengan semangat yang sama pada masa lalu," tuturnya.