Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Donald Trump berencana meminta ByteDance Ltd., salah satu perusahaan teknologi China, untuk melepaskan kepemilikannya dari aplikasi musik-video TikTok.
Pasalnya, AS telah menyelidiki potensi risiko keamanan nasional. Hal itu akan segera diumumkan oleh Donald Trump.
“Kami mungkin akan melarang TikTok.Kami mencari banyak alternatif sehubungan dengan TikTok," kata Trump seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (1/8/2020).
Kendati begitu, Juru Bicara untuk Gedung Putih dan Departemen Keuangan AS belum menanggapi pernyataan tersebut.
Snap Inc., pesaing TikTok, memperoleh laporan tersebut dan berspekulasi hal itu dapat melemahkan TikTok. Saham perusahaan yang berbasis di Santa Monica, California itu naik 2,7 persen menjadi US$ 23,02 pada pukul 2:37 malam di New York.
Bytedance membeli Musical.ly Inc. pada 2017 dan menggabungkannya dengan TikTok. Ketika TikTok semakin populer, para pejabat AS semakin khawatir tentang potensi bagi pemerintah Tiongkok menggunakan aplikasi untuk mendapatkan data tentang warga AS.
Komite Investasi Asing di AS, yang menyelidiki akuisisi luar negeri atas bisnis AS, memulai peninjauan akuisisi pada musim gugur 2019.
Trump mengatakan pada awal bulan ini dia mempertimbangkan untuk melarang TikTok. Itu menjadi strategi membalas dendam terhadap China atas penanganannya terhadap virus Corona (Covid-19).
Para kritikus dan pesaing TikTok telah mengatasi rasa takut itu, termasuk Facebook Inc., yang telah mengkritik aplikasi tersebut karena dugaan sensor.
TikTok, yang memiliki kantor di Los Angeles, telah mencari cara untuk menjauhkan diri dari kepemilikan China. Perusahaan berusaha meyakinkan publik bahwa tidak ada data yang disimpan di server di China dan bahwa aplikasi beroperasi secara independen.
Bytedance bahkan menunjuk CEO yang sebelumnya dari Walt Disney Co, Kevin Mayer untuk menjalankan operasinya di Amerika dan seluruh dunia.