Bisnis.com, JAKARTA - KH Hasyim Wahid, adik bungsu Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), meninggal dunia pada Sabtu (1/8/2020) dini hari di RS Mayapada, Jakarta.
Jenazah sosok yang akrab disapa Gus Im ini akan disemayamkan di rumah duka di Ciganjur, Jakarta Selatan dan selanjutnya dimakamkan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Hasyim Wahid wafat di usia 67 tahun. Keponakannya, Irfan Wahid, mengatakan bahwa pamannya sakit komplikasi ginjal.
“Sudah dua minggu lebih di rumah sakit,” kata Irfan kepada Tempo, Sabtu (1/8/2020).
Hasyim Wahid atau akrab disapa Gus Im merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy’ari. Dia merupakan adik dari Gus Dur dan Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.
Gus Im pernah berkarir di bidang pemerintahan pada era Presiden Gus Dur. Ia pernah menjadi konsultan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang kerap menghadapi debitur bandel.
Baca Juga
Sejak menjadi konsultan BPPN, dia mampu menarik nama-nama sulit ke BPPN sembari menenteng data perusahaan mereka, di antaranya Tommy Winata, Bambang Trihatmodjo, dan Tommy Soeharto.
“Mungkin karena saya sudah lama kenal mereka, sejak 1980-an,” kata Gus Im dalam petikan wawancaranya dengan Majalah Tempo, pada 2000.
Berdasarkan laporan Majalah Tempo, ayah tiga anak ini dikenal menyempal dari tradisi keluarga Wahid: masuk pesantren dan menjadi kiai. “Saya ini semacam preman. Dan, yang jelas, lebih sinting dari Gus Dur,” katanya.
Gus Im juga menjalani pendidikan tinggi sepotong-potong: setengah sementer di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, satu semester di Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. Gus Im mengatakan bahwa dia gampang bosan sehingga malas sekolah.
Keluar dari universitas, Gus Im aktif di organisasi, sebelum mulai mencoba bisnis perakitan senjata. Pria berambut keriting ini juga dikenal dekat dengan kalangan aktivis mahasiswa. Di zaman Soeharto, ia kerap diuber aparat intelijen.
Pada awal 1980-an, Gus Im pernah berbisnis. Namun, dia menolak disebut pengusaha. Saat berbisnis, Gus Im bersaing dengan pengusaha besar, seperti Tommy Soeharto dan Grup Salim. Bahkan, adik Gus Dur ini mengaku sering kalah dari para pengusaha besar tersebut.
“Saya sering kalah. Tepatnya disuruh mengalah dan diberi kompensasi uang. Tapi itu saya tolak. Ini sudah menyangkut harga diri.”