Bisnis.com, JAKARTA - Setelah pemerintah Arab Saudi mengizinkan wanita bergabung di kesatuan kepolisian dan militer tahun lalu, kini untuk pertama kalinya mereka dilibatkan sebagai tenaga keaman wanita untuk menjaga kelancaran prosesi ibadah haji.
Sebagian dari mereka dilaporkan turut menjadi garda keamanan utama kota Makah selain menjadi tenaga keamanan untuk melayani prosesi haji.
Dengan keluarnya pelonggaran itu, sebagian wanita Arab Saudi juga mulai masuk ke dinas militer dan mengikuti pelatihan layaknya seperti rekan mereka kaum pria.
Akan tetapi, peran mereka kali ini lebih khusus pada masalah kesehatan akibat masih tingginya penyebaran wabah Covid-19 di negara kaya minyak tersebut.
Polisi wanita itu bertugas untuk memastikan jarak antar jemaah dan mengawal para wanita yang mulai tahun ini tidak lagi didampingi oleh muhrim atau saudara laki-lakinya saat melaksanakan ibadah haji.
Selama ini, hanya wanita di atas usia 45 tahun dapat bepergian tanpa muhrim. Itupun jika mereka berada dalam tur yang terorganisir satu kelompok.
Baca Juga
Saat ini, pihak Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi sedang melakukan studi untuk mengeluarkan visa kunjungan untuk tujuan pariwisata dan umrah yang memungkinkan perempuan untuk datang tanpa memerlukan muhrim.
Hal ini adalah salah satu dari sejumlah perkembangan di sektor Haji dan Umrah di Arab Saudi.
“Ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam sejarah. Petugas kepolisian wanita Arab Saudi telah bergabung dengan pasukan keamanan Makah selama musim haji tahun ini,” menurut usalasan di situs ArabNews.com, Kamis (30/7/2020).
Afnan Abu Hussein, yang termasuk di antara angkatan pertama kadet perempuan yang lulus dari pelatihan kepolisian, mengatakan kepada Al-Ekhbariya TV: “Ini adalah sumber kebanggaan dan kebahagiaan bagi kami.
Haji adalah musim yang sangat sibuk bagi kami, tidak seperti hari-hari biasa.
Ritual ibadah haji dimulai pada hari Rabu (29/7/2020) ketika para jemaah memulai perjalanan mereka dari Masjidil Haram di Makah di tengah aturan keamanan yang ketat.
"Setiap kelompok jemaah memiliki pemimpin untuk memfasilitasi dan mengendalikan gerakan mereka serta memastikan jarak sosial," kata Sari Asiri, Direktur Jenderal urusan Haji dan Umrah di Kementerian Kesehatan Arab Saudi.
Selain itu, setiap kelompok juga didampingi oleh seorang profesional kesehatan untuk memantau status kesehatan jemaah dan membantu mereka ketika dibutuhkan,” katanya.