Bisnis.com, JAKARTA - Pada kuartal kedua 2020, perusahaan multinasional yang mengosongkan gedung perkantoran di Hong Hong meningkat.
Kondisi ini terungkap dari laporan agen properti Cushman & Wakefield Plc. Keputusan sejumlah perusahaan multinasional tersebut dipicu oleh ekonomi yang memburuk di tengah pandemi.
Perusaan asing yang mengosongkan kantor naik menjadi 61 persen di kuartal dua tahun ini, dibandingkan 47 persen pada triwulan sebelumnya.
"Tidak ada area tertentu atau satu jenis industri, ini cukup luas. Benar-benar akibat dari pemotongan biaya dan pemangkasan karyawan," kata Keith Hemshall, kepala layanan kantor Cushman & Wakefield di Hong Kong, dilansir Bloomberg, Rabu (8/7/2020).
Eksodus tersebut menyebabkan kosongnya total luas lantai perkantoran 949.000 kaki persegi atau 88.165 meter persegi dalam enam bulan pertama tahun 2020, hampir tiga kali lipat dari 356.000 kaki persegi menyerah dalam enam bulan sebelumnya. Tingkat pengosongan kantor melonjak 55 persen pada kuartal kedua dari triwulan pertama menjadi 577.000 kaki persegi.
Pengenalan hukum keamanan nasional baru-baru ini juga telah memicu kekhawatiran bahwa undang-undang tersebut akan membahayakan status Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional.
Baca Juga
Ketersediaan kantor, yang menunjukkan jumlah ruang kosong dan area yang akan tersedia dalam 12 bulan ke depan, naik menjadi 10,7 prsen pada akhir Juni, tertinggi dalam 15 tahun.
"Banyak perusahaan memangkas pekerjaan karena ekonomi memburuk, sehingga perusahaan akan berhati-hati ketika datang ke permintaan kantor. Rencana ekspansi perusahaan akan ditunda atau bahkan dibatalkan, sementara kemungkinan perampingan menjadi tinggi," kata John Siu, Direktur Pelaksana di Hong Kong.