Bisnis.com, JAKARTA - Jaksa penuntut federal AS tengah mengupayakan penangkapan empat kapal tanker yang berlayar ke Venezuela dengan membawa bahan bakar minyak (BBM) yang dipasok Iran.
Langkah itu merupakan upaya terbaru AS untuk mengganggu hubungan dagang yang semakin dekat antara dua sekutu anti-AS tersebut.
Tuntutan perdata yang diajukan pada Rabu (1/7/2020) di Pengadilan Federal Distrik Columbia itu menuduh bahwa penjualan BBM jenis bensin itu diatur oleh seorang pengusaha, Mahmoud Madanipour. Pengusaha itu disebut punya hubungan dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), sebuah organisasi yang dituding AS sebagai teroris.
"Keuntungan dari kegiatan ini mendukung berbagai aktivitas jahat IRGC, termasuk proliferasi senjata pemusnah massal dan dukungan untuk terorisme serta berbagai pelanggaran hak asasi manusia di dalam dan di luar negeri," ujar jaksa Zia Faruqui seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (3/7/2020).
Pemerintahan Trump terus meningkatkan tekanan pada pemilik kapal untuk mematuhi sanksi terhadap musuh-musuh AS seperti Iran, Venezuela dan Korea Utara.
Pada Mei, AS mengeluarkan peringatan untuk meminta industri maritim global untuk waspada taktik untuk menghindari sanksi seperti transfer kapal-ke-kapal dan mematikan perangkat pelacakan kapal.
Ketua cara itu dilakukan oleh operator kapal tanker dalam pengiriman minyak baru-baru ini ke Iran maupun Venezuela.
Departemen Keuangan AS kemarin mencabut sanksi terhadap delapan kapal yang baru-baru ini ditemukan telah mengangkut minyak mentah Venezuela.
Langkah itu diambil setelah melakukan pelelangan 100.000 barel bensin yang disita dari kapal yang dikelola Yunani setelah pemiliknya curiga barang tersebut sedang menuju Venezuela.
Ketika pedagang BBM komersial menjauhi Venezuela, pemerintahan sosialis Presiden Nicolas Maduro semakin beralih ke Iran.
Pada bulan Mei, Maduro menyambut kedatangan lima tanker Iran yang mengirimkan pasokan bahan bakar yang sangat dibutuhkan.