Bisnis.com, JAKARTA—Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru saja mengumumkan tentang riset mereka terkait ekosistem pesisir. Hasilnya, cukup mencengangkan dan perlu perhatian serius bagi pemangku kepentingan terkait.
LIPI melalui Pusat Penelitian Oseanografi – Coremap CTI merilis data terkini terkait status ekosistem perairan meliputi padang lamun, terumbu karang, dan mangrove di Indonesia pada Senin (30/6/2020).
“Menurut data penelitian tahun 2018-2019, status padang lamun di perairan Indonesia masih dikategorikan kurang sehat atau moderat,” jelas Plt. Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Agus Haryono, seperti dikutip dari laman LIPI, Rabu (1/7/2020).
Pemantauan ekosistem pesisir yang dilakukan LIPI mencakup 3,1 persen perairan Indonesia, terdiri dari terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau. Wilayahnya tidak hanya di kawasan konservasi laut, tetapi juga di kota-kota besar dan tempat-tempat terpencil.
“Oleh karena itu, sangat penting untuk menginformasikan status ekosistem pesisir serta trennya sehingga para pembuat kebijakan dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin berbeda di antara wilayah-wilayah tersebut,” katanya.
Agus mengungkapkan Indonesia adalah bagian dari wilayah segitiga karang, keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Dia mengatakan tercatat ada 569 spesies yang termasuk pada 83 genus karang berbatu. Angka tersebut mewakili 69 persen jumlah spesies karang di dunia.
Menurutnya, dari jumlah tersebut ada beberapa spesies endemik yang ditemukan hanya di wilayah Indonesia yaitu Acropora suharsonoi (Lombok), Euphyllia baliensis (Bali), Indophyllia macassarensis (Makassar), dan Isopora togianensis (Togean).
Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Tri Aryono Hadi menyebutkan berdasarkan data tahun 2019 dari 1153 lokasi terumbu karang tercatat 33,82 persen (390 lokasi) berkategori buruk, 37,38 persen (431 lokasi) berkategori sedang, dan 22,38 persen berkategori baik (258 lokasi).
“Hanya 6,42 persen atau 74 lokasi terumbu karang yang berkategori sangat baik,” katanya.
Adapun, untuk kondisi padang lamun, Susi Rahmawati dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang melakukan pemantauan ekosistem padang lamun 2018-2019 menyimpulkan padang lamun di Indonesia umumnya memiliki komposisi multispesies, dengan tujuh hingga sembilan spesies lamun.
“Padang lamun di Indonesia memiliki kelimpahan yang relatif sedang dengan tutupan antara 30-40 persen,” ujarnya.
Hasil pemantauan juga memperlihatkan padang lamun di bagian timur Indonesia umumnya lebih tinggi dalam persen tutupan dan kekayaan spesies daripada padang lamun di bagian barat Indonesia.
Untung saja, kondisi hutan bakau Indonesia sedikit lebih baik. Untuk ekosistem mangrove, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI I Wayan Dharmawan menjelaskan bahwa hasil pemantauan hutan bakau selama 2015-2019 menunjukkan bahwa hutan bakau Indonesia dikategorikan dalam kondisi baik.
“Ada sedikit peningkatan pada rata-rata cakupan kanopinya,” jelasnya.
Menurutnya, pesisir Indonesia memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia. Indonesia, lanjutnya, menyumbang 22,6 persen dari total luasan ekosistem mangrove dunia.
Adapun, daerah barat Indonesia menunjukan tingkat kerapatan tinggi dengan dominasi spesies Rhizophora sp. Spesies ini memiliki tingkat toleransi kerapatan antarpohon yang cukup rapat.
LIPI saat ini mengembangkan sebuah aplikasi berbasis android MACADA (Mangrove Collection and Analysis of Data) untuk mempermudah para peneliti dalam melakukan monitoring terhadap hutan bakau secara akurat.