Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Korea: Covid-19 Bebani Tren Pertumbuhan Ekonomi Domestik

Kenaikan tingkat pengangguran dan pemulihan investasi perusahaan yang tertunda akan memperburuk tren penurunan ekonomi Korea Selatan.
Pejalan kaki menyeberang di jalan menuju pintu masuk ke museum Bank of Korea (BOK) yang terdapat di tengah kompleks kantor pusat Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-Jean Chung
Pejalan kaki menyeberang di jalan menuju pintu masuk ke museum Bank of Korea (BOK) yang terdapat di tengah kompleks kantor pusat Bank of Korea di Seoul, Korea Selatan./Bloomberg-Jean Chung

Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Korea mengatakan pengangguran dan tekanan ekonomi lainnya akibat pandemi virus Corona akan mempercepat potensi penurunan tingkat pertumbuhan Korea Selatan.

Dilansir Bloomberg, bank sentral Korea Selatan (Korsel) ini mengatakan dalam laporan yang dirilis Senin (29/6/2020) bahwa kenaikan tingkat pengangguran dan pemulihan investasi perusahaan yang tertunda akan memperburuk tren penurunan yang telah dimulai sebelum virus Corona.

Perlambatan pertumbuhan populasi dan kematangan ekonomi adalah alasan BOK tahun lalu memangkas estimasi proyeksi pertumbuhan ekonomi Korsel menjadi 2,7-2,8 persen untuk tahun 2016-2020, turun dari 3 persen selama beberapa dekade sebelumnya. Potensi pertumbuhan ekonomi mengukur tingkat produksi secara teoritis tanpa menyebabkan inflasi naik atau turun.

Salah satu faktor positif yang dapat membantu memperlambat penurunan adalah jika produktivitas meningkat di tengah peralihan ke ekonomi digital. Presiden Moon Jae-in telah berjanji untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan di bidang teknologi sebagai bagian dari proyek 'New Deal' yang bertujuan untuk meningkatkan inovasi Korsel.

Namun, laporan BOK mengatakan butuh waktu dua hingga empat tahun hingga lapangan kerja pulih ke level sebelum pandemi, sehingga meningkatkan risiko pemulihan pengangguran karena jumlah pekerja semakin berkurang dan orang berhenti mencari pekerjaan.

BOK menyebut inflasi juga diperkirakan masih rendah untuk beberapa waktu ke depan karena orang merespons krisis dengan menabung lebih banyak dan beralih ke belanja online. Bank sentral juga mengatakan kebijakan ekspansi terbaru pemerintah ditujukan untuk bantuan bencana dan tidak mungkin mendorong kenaikan harga.

BOK telah memangkas suku bunga acuan sebesar 75 basis poin tahun ini ke 0,5 persen untuk meredam dampak perekonomian dan membuat perusahaan bertahan. Bulan ini, BOK memperpanjang pasokan likuiditas tanpa batas waktu melalui repurchase agreement hingga akhir Juli.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper