Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Taiwan mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni 1,125 persen dengan keyakinan badai ekonomi akibat pandemi Covid-19 sudah berlalu.
Keputusan tersebut seakan komtras dengan kekhawatiran memburuknya prospek ekonomi global akibat wabah Covid-19 dan merosotnya konsumsi masyarakat. Tingginya eskpor ke China dan Amerika Serikat sementara ini menopang ekonomi Taiwan dari memburuknya kondisi ekonomi seperti yang terjadi di Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara lainnya.
Ekonomi global tengah berada dalam resesi dan mayoritas mitra dagang Taiwan pun masih banyak yang harus menghadapi gelombang pertama Covid-19 ataupun kenaikan kasus. Kendati demikian, benk sentral Taiwan meyakini ekonomi masih bisa tumbuh pada tahun ini, meski dengan laju yang sangat lambat.
“Ketika kami memangkas suku bunga acuan terakhir kali, tujuan utamanya adalah meringankan beban perusahaan publik dan swasta. Kami telah mencapai tujuan itu sehingga tidak ada kebutuhan untuk memotongnya lagi saat ini,” kata Gubernur Bank Sentral Taiwan Yang Chin-long, dikutip Bloomberg, Kamis (18/6/2020).
Yang memperkirakan produk domestik bruto akan tumbuh 1,5 persen pada 2020, turun dari perkiraan bank sentral sebelumnya yakni 1,9 persen pada Maret lalu. menurutnya, kuartal kedua tahun ini akan menjadi yang terburuk dan konsumsi akan kembali tumbuh pada kuartal III/2020.
Bank sentral juga memprediksi inflasi berjalan lambat, di kisaran 0,01 persen pada tahun ini. Setelah inflasi sempat turun pada awal pertengahan tahun ini, harga minyak mentah dan konsumsi yang menguat bakal memacu inflasi.
Baca Juga
Berdasarkan data pemerintah, indeks harga konsumen turun 1,2 persen pada Mei 2020 dan pemerintah memperkirakan indeks yang sama bakal turun lebih jauh menjadi 0,32 persen pada tahun ini.
Di tengah ekonomi yang lambat dan suku bunga acuan yang rendah, dia akan mengesampingkan kebijakan non konvensional di masa mendatang. Menurutnya, tidak ada kebutuhan kebutuhan untuk membeli obligasi perusahaan atau surat berharga, lalu berargumen bahwa suku bunga acuan yang rendah bakal memangkas profit perbankan.