Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Narendra Modi menegaskan India akan mempertahankan kedaulatan usai bentrokan mematikan di sepanjang perbatasan yang diperebutkan dengan China. Bentrok itu mengakibatkan kematian 20 tentara India dan jumlah korban China yang tidak diketahui.
Menurut seorang pejabat, kekerasan tersebut pecah pada Senin, 16 Juni 2020 sore dan berlanjut hingga tengah malam di dataran tinggi Tibet di sepanjang sungai Galwan yang membeku. Bentrok militer di sepanjang perbatasan Himalaya yang diperebutkan telah berubah menjadi mematikan dan menandakan kemunduran yang tajam dalam hubungan antara dua raksasa regional.
"India menginginkan perdamaian. Namun ketika diprovokasi, India akan dan mampu memberikan balasan yang sesuai dalam keadaan apa pun. Mengenai masalah prajurit kita yang gugur, bangsa ini akan bangga bahwa mereka mati ketika melawan," katanya dalam sebuah pernyataan publik, dilansir Bloomberg, Kamis (18/6/2020).
Kedua negara saling menyalahkan tentang pihak yang memulai bentrokan tetapi mengkonfirmasi pembicaraan antara komandan senior militer sedang berlangsung untuk menurunkan suhu pada konflik perbatasan Himalaya yang telah berlangsung selama berminggu-minggu.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan mengatakan kedua negara sepakat untuk mengurangi ketegangan perbatasan sesegera mungkin setelah Menteri Luar Negeri Wang Yi berbicara dengan Menlu India Subrahmanyam Jaishankar melalui telepon.
Wang mendesak India untuk tidak salah menilai situasi dan meremehkan tekad Cina untuk menjaga kedaulatannya. Dia mengulangi tuduhan Beijing sebelumnya bahwa pasukan Indialah yang telah melewati garis kendali sebenarnya pada 15 Juni dan memulai serangan terhadap tentara CHina. Kedua pihak juga sepakat untuk menangani konfrontasi hebat di Lembah Galwan dengan adil.
Baca Juga
Pada suhu di bawah nol derajat di udara tipis setinggi 15.000 kaki, serdadu China dan India saling serang dengan batu, batang besi, dan tiang bambu yang terbungkus kawat berduri yang dihiasi paku. India mengatakan pasukannya diserang ketika mereka memprotes tindakan tentara China yang membangun pos baru di zona penyangga yang dirancang untuk memastikan perdamaian. Jaishankar dalam percakapannya dengan Wang menggarisbawahi perkembangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini akan memiliki dampak serius pada hubungan bilateral.
"Urgensi saat ini adalah bagi pihak China untuk menilai kembali tindakannya dan mengambil langkah korektif," ujarnya.
Benchmark saham China, Shanghai Stock Exchange Composite Index mengakhiri sesi naik 0,1 persen sementara Indeks Sensex S&P BSE India turun 0,3 persen dan obligasi rupee dan sovereign ditutup dengan keuntungan marjinal.
Di Washington, seorang pejabat senior administrasi mengatakan bahwa AS sedang memantau konflik dan menunjukkan bahwa Presiden Donald Trump dan Modi telah membahas masalah perbatasan melalui telepon awal bulan ini.