Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Republik Demokratik Kongo memperkirakan pendapatan dari pertambangan bakal turun 20 persen seiring dengan penundaan sejumlah proyek dan penurunan harga mineral.
Menteri Pertambangan Willy Kitobo Samsoni mengatakan beberapa perusahaan tambang menunda pembangunan fasilitas baru. Fasilitas itu ditunda karena negara di Afrika itu menerapkan sejumlah pembatasan untuk membendung penyebaran virus.
"Hampir semua proyek ditunda hingga tahun depan. Dalam jangka pendek, kita kehilangan proyek-proyek tertentu yang seharusnya sudah selesai dan memberi kami lebih banyak produksi,"jelas Kitobo seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (18/6/2020).
Baca Juga
Untuk diketahui, Kongo adalah produsen kobalt terbesar di dunia dan pengekspor tembaga terbesar di Afrika. Kementerian Pertambangan mengatakan pada pertengahan tahun ini pelarangan ekspor tembaga akan dimulai. Hal itu dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi produk pertambangan Kongo.
Adapun pemerintah masih akan mengizinkan ekspor kobalt karena negara itu kekurangan listrik untuk menyalakan kilang. Saat pendapatan turun, produksi tembaga dan kobalt belum banyak terpengaruh pandemi. Penamban terbesar di Kongo adala Glencore Plc dan China Molybdenum Co. Ltd.
Pemerintah Kongo di sisi lain mempertimbangkan pengurangan pajak dan mungkin akan membantu perusahan tambang yang terkena kahar atau force majeure akibat pandemi virus corona. Kitubo mengatakan pihaknya juga mencari cara untuk membantu pertambangan rakyat. Ini penting karena usaha pertambangan rakyat berkontribusi 20 persen terhadap produksi kobalt nasional.