Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengajak konsumen untuk keluar dan berbelanja dengan 'percaya diri' ketika toko dibuka kembali di Inggris pada hari Senin.
Johnson juga mengatakan peraturan yang mengharuskan orang untuk berjarak 2 meter satu sama lain di ruang publik akan segera dilonggarkan karena tingkat infeksi telah menurun.
Ajakan ini akan disambut oleh rekan-rekan Partai Konservatif dan para pemimpin industri ritel dan perhotelan, yang khawatir bahwa aturan jarak 2 meter dapat merugikan bisnis. Hingga pelonggaran disahkan, aturan tersebut masih berlaku hingga saat ini.
"Orang-orang harus berbelanja, dan berbelanja dengan percaya diri. Tetapi mereka tentu saja harus mematuhi aturan jarak sosdial dan melakukannya seaman mungkin," ungkap Johnson dalam perjalanan ke mal Westfield di London Timur, seperti dikutip Bloomberg.
Komentar Perdana Menteri Inggris ini menunjukkan prioritas persaingan yang diperjuangkan pemerintahnya saat mencari jalan keluar dari lockdown. Inggris merupakan salah satu negara dengan korban meninggal akibat Covid-19 paling besar dan saat ini berisiko mengalami resesi ekonomi terdalam, menurut OECD.
Johnson hampir kehabisan akal untuk memulai kembali perekoomdian, namun pada pada saat yang sama dia perlu menghindari risiko penyebaran virus di luar kendali dan menyebabkan gelombang kedua yang akan mendorong pembatasan diberlakukan kembali.
Baca Juga
Titik ketegangan yang krusdial sebenarnya berada di antara anggota partai Konservatif Johnson yang ingin melonggarkan aturan jarak sosdial 2 meter, dan para ilmuwan seperti Chris Whitty, kepala petugas medis Inggris, yang telah menyarankan aturan tinggal di rumah belum aman untuk dicabut setidaknya dalam beberapa bulan ke depan.
Pada hari Minggu, Johnson mengatakan akan ada lebih banyak ruang untuk “bermanuver” dalam melonggarkan aturan jarak sosdial 2 meter saat angka infeksi turun.
"Ketika angka-angka infeksi turun, kemungkinan seseorang tertular virus dengan orang lain yang berjarak 1 atau 2 meter jelas akan turun secara statistik,” katanya.
Komentar tersebut dilontarkan setelah Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak mengatakan kepada BBC bahwa Perdana Menteri meluncurkan "tinjauan komprehensif" dari kebijakan jarak sosdial yang memiliki dampak besar pada profitabilitas bisnis.