Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Prancis dinilai akan mengalami resesi yang lebih dalam dari perkiraan sebelumnya akibat dampak lockdown untuk membendung persebaran virus corona (Covid-19).
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan kontraksi pada 2020 akan mencapai 11 persen, lebih buruk dari kontraksi sebesar 8 persen yang diprediksi sebelumnya. Prediksi terbaru itu juga lebih buruk dari proyeksi kemerosotan sebesar 9 persen oleh para ekonom dalam survei Bloomberg.
“Ekonomi hampir berhenti selama tiga bulan dan itu akan berakibat dalam pertumbuhan," ungkap Le Maire kepada radio RTL, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (2/6/2020).
Revisi ini secara tidak langsung mencerminkan upaya para pengamat untuk mencari tahu dampak dari penutupan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh kawasan Eropa. Banyak kegiatan bisnis terpaksa ditutup, sebagian sampai kolaps, dan memengaruhi jutaan pekerja.
Kemerosotan ini juga telah memaksa pemerintah banyak negara di kawasan tersebut menghabiskan miliaran euro untuk melancarkan bantuan dan stimulus yang bertujuan membatasi dampak negatif pandemi corona terhadap ekonomi.
Le Maire lebih lanjut mengatakan tidak ada rencana menaikkan pajak rumah tangga untuk menutup biaya yang sangat besar.
“Memang utang harus dibayar kembali, tetapi tidak dengan menaikkan pajak. Tapi dengan meningkatkan pertumbuhan,” tegas Le Maire.
Dia mengatakan dana solidaritas akan diperpanjang hingga akhir tahun demi membantu perusahaan-perusahaan yang terkena dampak terburuk seperti restoran-restoran yang harus membayar sewa.
Pemerintah juga telah mengumumkan rencana dukungan khusus untuk industri mobil dan pariwisata serta akan memerinci rencana untuk industri pesawat terbang pekan depan.
Pada September, Le Maire akan mempresentasikan rencana stimulus lain yang disebut akan memangkas pajak terkait produksi dan membantu perusahaan-perusahaan berinvestasi untuk memodernisasi.