Bisnis.com, JAKARTA – Kepercayaan bisnis di Inggris merosot ke rekor level terendah seperti yang dialami pada masa krisis keuangan tahun 2008.
Penurunan itu terjadi kendati Negeri Ratu Elizabeth ini telah mengambil langkah-langkah pertama untuk melonggarkan pembatasan yang diberlakukan guna menahan persebaran virus corona (Covid-19).
Menurut sebuah survei pada 1-18 Mei oleh Lloyds Bank yang dipublikasikan Jumat (29/5/2020), optimisme ekonomi dan rencana perekrutan menurun bulan ini.
Lloyds mengatakan barometer bisnis bulanannya turun ke level -33, sebanding dengan rekor level terendah bersejarah yang tercatat pada Desember 2008, dikutip dari Nasdaq. Kondisi ini mencerminkan berkurangnya optimisme tentang ekonomi dan lesunya rencana perekrutan.
Lebih dari empat dari sepuluh perusahaan menyatakan memperkirakan akan mengurangi jumlah karyawan selama 12 bulan ke depan, sedangkan 38 persen di antara perusahaan-perusahaan itu mengantisipasi pembekuan upah.
Perusahaan-perusahaan di Inggris tetap berpandangan suram meskipun Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan sebagian pelonggaran lockdown pada 10 Mei, termasuk pembukaan kembali sejumlah tempat kerja dengan penerapan jaga jarak sosial (social distancing).
Baca Juga
Aktivitas perekonomian di Inggris menjalani lockdown penuh pada 23 Maret, tetapi pada Mei pemerintah telah mendorong bisnis untuk kembali beraktivitas, dan bulan depan sejumlah peritel akan dapat dibuka kembali untuk publik.
“Meski sebagian hasilnya mencakup periode sejak pemerintah mengumumkan pelonggaran pembatasan awal, kondisi perdagangan tetap sulit bagi sebagian besar perusahaan,” tutur Hann-Ju Ho, ekonom senior di Lloyds.
“Namun demikian, pelonggaran pembatasan-pembatasan lebih lanjut akan memungkinkan lebih banyak bisnis untuk melanjutkan aktivitas mereka,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.