Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Jepang dikabarkan telah meningkatkan penerbitan obligasi ketiga kalinya untuk tahun fiskal ini, dalam upaya mendanai stimulus ekonomi di tengah pandemi virus Corona.
Dilansir Bloomberg, menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, penerbitan akan melonjak hingga lebih dari 200 triliun yen (US$1,9 triliun) pada tahun fiskal 2020. Sebelumnya, Kementerian Keuangan pada 20 April 2020 memperkirakan penerbitan obligasi tahun ini mencapai 152,8 triliun yen.
Penjualan obligasi yang lebih tinggi juga dimaksudkan untuk memberikan tekanan pada Bank of Japan agar meningkatkan pembelian utangnya dalam rangka mencegah kenaikan imbal hasil yang tajam.
Bank sentral telah meningkatkan pembelian obligasi dengan jangka waktu satu hingga 10 tahun untuk mengurangi dampak dari peningkatan pinjaman pemerintah melalui tenor ini di pasar.
Menurut sumber itu, penerbitan surat utang 6 bulan akan meningkat lebih dari 30 triliun yen. Sisa kenaikan akan tersebar di obligasi dengan jangka waktu mulai dari satu hingga 30 tahun, dengan sebagian besar dalam jangka waktu yang lebih pendek. Jepang dikatakan tidak menambah penerbitan obligasi bertenor 40 tahun.
"Ukuran kenaikan lebih dari apa yang diharapkan pasar dan akan membebani sektor jangka pendek hingga menengah di mana selera investor lemah karena imbal hasil negatif mereka," kata Ekonom pasar senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities Co. Naomi Muguruma, di Tokyo.
Baca Juga
Sebelumnya, Kementerian Keuangan telah dua kali menaikkan penerbitan pada April 2020, dengan sebagian besar penambahan berada dalam jatuh tempo yang lebih pendek.
"Pasar mengharapkan BOJ untuk membeli lebih banyak karena langkah-langkah moneternya kurang kuat dibandingkan dengan langkah-langkah yang diambil oleh Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa," kata Manajer Umum Departemen Pendapatan Tetap di Nissay Asset Management Corp. Eiichiro Miura.