Bisnis.com, JAKARTA – Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiaoming, mengatakan para politisi Inggris yang menyerukan pengaturan ulang hubungan antara kedua negara berisiko membahayakan hubungan bilateral kedua negara.
Dilansir Bloomberg, Liu mengatakan dalam sebuah webinar pada Selasa (5/5/2020) bahwa retorika anti China dapat merusak solidaritas internasional dalam perang melawan pandemi virus corona.
Komentar Liu tersebut merupakan peringatan terselubung untuk anggota partai Konservatif senior, termasuk Menteri Luar Negeri Dominic Raab, yang mengatakan bulan lalu bahwa hubungan dengan China tidak dapat lagi berjalan seperti sebelum wabah Covid-19.
Kritik tersebut berfokus pada kurangnya transparansi China mengenai pelaporan kasus di masa awal penyakit ini.
“Sangat disayangkan beberapa politisi di AS telah kecanduan mentalitas perang dingin yang membandingkan China dengan bekas Uni Soviet dan mendesak peninjauan terhadap hubungan China-Inggris, dan bahkan menyerukan perang dingin baru," kata Liu.
"Jika mereka tidak diawasi, mereka akan meracuni hubungan China-Inggris serta upaya solidaritas bersama,” lanjutnya.
Baca Juga
Para anggota parlemen itu "tidak mewakili" pandangan pemerintah, bisnis dan masyarakat umum, kata Liu.
“Saya percaya pemerintah Inggris dan Perdana Menteri Johnson masih berkomitmen untuk hubungan yang lebih kuat dengan China. Saya merasa yakin bahwa kami dapat bekerja dengan pemerintah Inggris," lanjutnya.
Iain Duncan Smith, mantan pemimpin Partai Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson, menyebut komentar Liu benar-benar dapat diprediksi dan tidak berhubungan dengan apa yang sedang dibahas.
“Sebagian besar kritik membuat permintaan yang masuk akal agar Cina mematuhi aturan pasar bebas," katanya.
"Mayoritas orang di Parlemen dan orang-orang di Inggris sangat prihatin dengan persyaratan perdagangan dengan China, bagaimana mereka menangani wabah dan keterlibatan internasionalnya seperti di Laut Cina Selatan," kata Duncan Smith dalam sebuah wawancara.
Liu mengulangi sikap China bahwa setiap permintaan untuk penyelidikan wabah “bermotif politik” dan terinspirasi oleh Presiden AS Donald Trump.
“Beberapa orang di media Inggris " mengikuti nada politisi dan media Amerika," katanya.