Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Minyak Singapura Hin Leong di Ambang Kebangkrutan

Mengutip pengajuan ke pengadilan tanggal 17 April 2020, perusahaan itu kini sedang mengupayakan moratorium pembayaran utang selama enam bulan, dengan beban sekutar US$3,85 miliar pada 23 bank.
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay

Bisnis.com, JAKARTA - Hin Leong Trading, salah satu perusahaan minyak independen terbesar di Singapura, berhasil menyembunyikan kerugian sekitar US$ 800 juta selama bertahun-tahun.

Mengutip pengajuan ke pengadilan tanggal 17 April 2020, perusahaan itu kini sedang mengupayakan moratorium pembayaran utang selama enam bulan dengan beban sekutar US$3,85 miliar pada 23 bank.

Pendiri dan direktur perusahaan, Lim Oon Kuim, merupakan yang bertanggungjawab dalam mengarahkan departemen keuangan untuk menyembunyikan kerugian ratusan juta dolar pada laporan keuangan perusahaan.

Putra satu-satunya Lim, Evan Lim Chee Meng, mengatakan dalam pernyataan terpisah bahwa ayahnya menjual sejumlah persediaan minyak perusahaan dan menggunakan hasilnya sebagai dana umum, meskipun barel dijaminkan sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman dari bank.

"Akibatnya ada kekurangan persediaan yang besar dibandingkan dengan jumlah persediaan yang telah diamankan untuk pemberi pinjaman bank yang telah menyediakan pembiayaan persediaan," tulis Evan, dilansir Forbes, Rabu (22/4/2020).

Evan juga merupakan direktur Hin Leong dan anak perusahaannya Ocean Tankers, kelompok pengiriman yang mengklaim memiliki armada lebih dari seratus kapal tanker minyak, tetapi juga mengajukan perlindungan kebangkrutan dari para kreditur berdasarkan Bagian 211B dari Undang-Undang Korporasi (Singapore's Companies Act). Kedua perusahaan tersebut sepenuhnya dimiliki oleh keluarga Lim.

Langkah Hin Leong untuk mencari perlindungan pengadilan dari para kreditur dilakukan ketika harga minyak mencapai titik terendah selama dua dekade karena perang harga Saudi-Rusia dikombinasikan dengan lemahnya permintaan global dari pandemi virus Corona. Pengajuan pengadilan perusahaan menunjukkan bahwa masalahnya telah dimulai jauh lebih awal karena telah kehilangan uang selama beberapa tahun terakhir.

Dalam sebuah presentasi kepada para krediturnya awal bulan ini, Hin Leong mengungkapkan pihaknya memiliki total kewajiban US$4,05 miliar dengan aset senilai hanya US$714 juta. Perusahaan tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.

Didirikan pada 1963 oleh imigran Cina Lim pada usia 20 tahun dengan satu truk yang mengantarkan diesel ke nelayan dan produsen listrik pedesaan kecil, perusahaan itu telah tumbuh menjadi salah satu pemasok bahan bakar kapal terbesar di Asia. Hin Leong juga ikut memiliki unit penyimpanan minyak Universal Terminal dengan PetroChina dan Macquarie Asia Infrastructure Fund.

Lim berada di peringkat 18 dalam daftar orang terkaya Singapura tahun lalu dengan kekayaan bersih diperkirakan US$1,65 miliar. Saat ini, Forbes tidak lagi menganggapnya seorang miliarder setelah pengungkapan pengajuan kebangkrutan Hin Leong dan pengakuan kerugian yang berkelanjutan.

Sejauh ini, Polisi Singapura mulai menyelidiki perusahaan perdagangan minyak Hin Leong.

"Polisi mengkonfirmasi bahwa penyelidikan sedang berlangsung," kata kantor urusan publik Kepolisian Singapura dalam e-mail yang dikutip oleh Bloomberg.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper