Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia diharapkan bisa menjadi laboratorium dunia dalam pengelolaan plastik yang berbasis komunitas.
Pasalnya, sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak komunitas yang peduli dan telah melakukan aksi nyata dalam mengurangi limbah plastik.
Direktur GPAP (Global Plastic Action Partnership) Kristin Hughes mengatakan bahwa melalui Indonesia National Plastic Action Partnership (NPAP), dunia bisa belajar banyak bagaimana upaya penanganan plastik bisa dilakukan secara kreatif, efektif, dan efisien.
“Indonesia menjadi contoh bagi dunia tentang cara menangani masalah yang kompleks, yaitu polusi plastik, melalui pendekatan multipihak yang kolaboratif dan efisien,” katanya dalam Digital Launch of Indonesia's Multi-Stakeholder Action Plan, Rabu (22/4/2020).
Menurutnya, penangangan plastik melalui pendekatan multi-stakeholder yang kolaboratif dan efisien di Indonesia, akan menunjukkan kepada dunia bahwa basis komunitas memiliki peran yang sangat penting.
Keterlibatan komunitas dalam penanganan sampah akan menghasilkan beragam cara baru yang efektif dan efisien yang kemudian dilakukan secara masif dan berdampak positif bagi pengurangan limbah plastik.
Baca Juga
Seperti diketahui, Indonesia menghasilkan limbah plastik sekitar 6,8 juta ton per tahun dan terus bertambah sekitar 5 persen per tahunnya.
Untuk menangani permasalahan itu, Indonesia menerbitkan peta jalan berbasis bukti untuk mengurangi volume sampah plastik di lautan Indonesia sebesar 70 persen pada 2025 dan bebas sampah plastik pada 2040 melalui transisi ke ekonomi sirkular untuk plastik.