Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu meminta seluruh jajarannya untuk lebih transparan dalam menampilkan data terkait Virus Corona jenis baru atau Covid-19 kepada masyarakat.
Tak lama setelah pernyataan tersebut dikeluarkan oleh Jokowi, diumumkan jumlah orang yang berstatus sebagai orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pemantauan (PDP). Adapun sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto setiap harinya hanya mengumumkan perkembangan jumlah kasus positif, pasien sembuh, dan pasien meninggal dunia saja.
Lantas, dengan dibukanya data jumlah ODP dan PDP apakah pemerintah sudah bisa disebut lebih transparan dibandingkan sebelumnya?
Pada kenyataannya, tidak sepenuhnya demikian. Pasalnya, informasi yang sebenarnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat adalah titik penyebaran virus atau klaster dan rekam jejak perjalanan pasien sebelum dinyatakan positif Covid-19 jika memungkinkan.
“Sehingga masyarakat bisa menilai keluarga dia masuk risiko tertular dengan mencocokkan orang yang ditetapkan suspek dengan perjalanan yang diungkap pemerintah,” kata Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk Tim Kaji Cepat Studi Sosial Covid-19 Rusli Cahyadi belum lama ini.
Berbicara mengenai transparansi data terkait Covid-19, salah satu negara yang bisa dijadikan acuan adalah Singapura. Memang, Singapura tidak seperti Korea Selatan atau Taiwan yang menginformasikan secara detail riwayat perjalanan pasien kepada publik.
Namun, Pemerintah Negeri Singa setiap harinya tidak hanya menginformasikan penambahan jumlah kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia saja. Lebih dari itu, dijelaskan klaster dari kasus positif baru yang terkonfirmasi.
Alhasil, masyarakat mengetahui darimana sumber penyebaran virus yang menginfeksi pasien dan bisa melakukan deteksi dini. Apakah berasal dari luar negeri (imported case), transmisi lokal di tengah masyarakat, atau klaster-klaster penyebaran yang sudah ditemukan sebelumnya.
Saat ini, asrama pekerja asing menjadi klaster penyebaran Covid-19 terbesar di Singapura. Jumlah pasien positif baru per Kamis (16/4/2020) yang tercatat sebagai penghuni di asrama yang berlokasi di Punggol itu mencapai 404 dari total pasien positif sebanyak 447 orang.
Adapun, secara keseluruhan jumlah kasus positif yang tercatat berasal dari klaster tersebut berjumlah 797 kasus dari total kasus positif sebanyak 3.699 kasus.
Selain itu, Pemerintah Singapura juga mengumumkan bahwa 68% dari kasus positif baru itu berasal dari klaster-klaster yang sudah teridentifikasi sebelumnya. Sisanya masih dalam pelacakan dan akan diumumkan setelah ditemukan.
Kemudian kondisi pasien positif yang terkonfirmasi juga dipaparkan secara detail kondisinya. Sehingga masyarakat mengetahui berapa jumlah pasien positif yang harus menjalani perawatan intensif, dalam kondisi stabil, sembuh, dan meninggal dunia.
Selain itu, khusus untuk pasien yang sembuh dan meninggal dunua diberikan perincian berupa nomor kasus untuk catatan lebih lanjut.
Terakhir, Pemerintah Singapura juga memberikan pemaparan bagaimana tren penyebaran dan penambahan kasus harian lewat tabel yang bisa diakses di situs Kementerian Kesehatan Singapura di www.moh.gov.sg/covid-19/situation-report .