Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan rumah Singapura merosot pada bulan Maret dan bersiap untuk menghadapi tekanan lebih keras dalam beberapa bulan mendatang.
Pemerintah Singapura memberlakukan sistem lockdown yang lebih ketat untuk menahan penyebaran virus Corona dan dikhawatirkan mengancam pasar properti terhenti.
Dilansir melalui Bloomberg, data Urban Redevelopment Authority yang dirilis Rabu (15/4/2020), menunjukkan penjualan pada Maret 2020 turun 32% menjadi 660 unit dari 976 unit pada Februari, bahkan sebelum lockdown diperketat.
Singapura yang awalnya dipuji setelah berhasil membendung penyebaran virus pemicu Covid-19, kini tengah menghadapi lonjakan infeksi lokal. Untuk mencegah transmisi agar tidak meluas, pemerintah setempat telah menutup sekolah dan sebagian besar tempat kerja.
Bahkan, fasilitas flat contoh telah ditutup dan jadwal kunjungan calon pembeli juga harus ditunda.
"Lockdown ini merupakan gangguan terhadap kecepatan transaksi di hampir semua sektor ekonomi dan [kondisi di] real estat tidak berbeda," kata Direktur Eksekutif Riset Savills Plc. Alan Cheong, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (15/4).
Baca Juga
Pemberlakuan lockdown juga membuat pengembang cenderung menunda peluncuran proyek baru.
Menurut seorang makelar properti ERA yang berbasis di Singapura, Clarence Foo, calon pembeli belum siap untuk membeli properti secara daring di tengah prospek ekonomi yang suram meskipun beberapa pengembang menawarkan fitur virtual untuk melihat-lihat model rumah.
"Saya memperkirakan volume penjualan yang rendah di bulan April," tambahnya.
Perubahan situasi di Singapura terjadi dengan cepat. Pada tahap awal wabah virus Corona, pasar properti mereka bertahan lebih baik daripada negara-negara Asia lainnya, dengan penjualan menentang ekspektasi sementara harga membukukan pertumbuhan sederhana.
Pada kuartal I/2020, harga rumah di Singapura tercatat mengalami penurunan terparah dalam lebih dari tiga tahun terakhir karena virus yang menekan ekonomi.
Larangan masuk bagi wisatawan asing turut mempengaruhi penjualan properti. Catatan agen real estat OrangeTee & Tie Pte menunjukkan bahwa sepanjang Maret 2020 hanya ada 25 unit yang terjual kepada pembeli asing, atau setengah dari rata-rata bulanan tahun lalu.
Penjualan rumah mewah anjlok sebesar 89% menjadi 45 unit bulan lalu dari 412 unit pada Februari karena tidak adanya pembeli kaya dari China yang selama ini menopang ujung atas pasar properti Singapura.
"Kemunduran sementara dalam penjualan properti dapat diprediksi tejadi bulan depan karena flat contoh ditutup dan jadwal kunjungan ditunda," kata Christine Sun, kepala peneliti di OrangeTee.
Dia menambahkan bahwa penjualan rumah baru di Singapura akan meningkat setelah situasi stabil dan langkah-langkah pembatasan mereda.