Dominasi Berita
Dengan bertambahnya jumlah kasus Covid-19, Trump memutuskan untuk secara pribadi mendominasi berita melalui konferensi pers prime time regulernya.
Dia berhasil mendikte agenda berita meskipun pesan-pesannya bercampur aduk antara mengeluh, mempertahankan opininya, dan membela kinerjanya yang bermasalah.
Tak heran dia dengan cepat meraih posisi teratas dalam meraih peringkat popularitas di TV. Bahkan dia mengklaim (meski salah) bahwa popularitasnya "nomor satu" di Facebook.
Hal yang mengherankan para penentangnya, peringkatnya sendiri juga naik lima poin dalam hasil jajak pendapat pada akhir Maret.
Dengan kata lain, Trump telah gagal untuk sepenuhnya memahami implikasi wabah Covid-19 dan mempersiapkan negara sejak dini untuk mengurangi kerusakan.
Akan tetapi, hasil jajak pendapat Trump masih belum aman. Angka itu belum memadai untuk menyingkirkan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden. Padahal, pada pertengahan Maret lalu Biden melakukan isolasi mandiri untuk menghindari wabah mematikan itu.
Trump tidak membendung penyebaran virus sehingga ratusan ribu orang terinfeksi, tetapi dia terus membentuk gelombang berita.
Ketika ditanya pada 16 Maret lalu soal nilai kinerjanya oleh wartawan, Trump tidak ragu dengan menyatakan nilainya 10. Nilai saya 10 dari skala nilai 0 sampai 10, katanya.
Kalau benar dia begitu cemerlang dan sukses, lalu siapa yang harus disalahkan atas epidemi yang sedang berlangsung, ketidaksiapan, meningkatnya kematian, melonjaknya pengangguran dan resesi ekonomi yang membayangi?