Bisnis.com, JAKARTA — Nilai kredit pemilikan rumah di Australia mengalami penurunan, jauh di bawah ekspektasi dengan penurunan sampai 1,7 persen pada Februari. Penurunan tersebut bahkan terjadi sebelum wabah Covid-19 merebak dan aturan lock down mulai diterapkan.
Sejumlah ekonom Australia mengatakan bahwa pertumbuhan nilai total kredit perumahan pada Februari melambat dibandingkan dengan pertumbuhan sebanyak 4,6 persen pada Januari karena Covid-19 mulai mewabah dan menimbulkan kekhawatiran nasional.
Adapun, penurunan nilai sebesar US$1,20 miliar menjadi total US$19,46 miliar itu sangat jauh dari perkiraan karena sebelumnya para ekonom memproyeksikan kenaikan tipis setidaknya 1,5 persen.
Penurunan nilai kredit juga disebut paling banyak berasal dari investor dan pinjaman pribadi karena banyaknya berita yang menyebutkan betapa cepatnya penyebaran wabah virus corona di seluruh Asia dan Eropa.
Ekonom BIS Oxford Maree Kilroy mengatakan bahwa hasil pada Februari masih terlalu awal untuk melihat dampak dari wabah Covid-19 kepada sektor perumahan. Namun, sejumlah indikator memang sudah menunjukkan adanya perlambatan, seperti pada permintaan hunian dan tak ada lagi lelang rumah.
“Karena konstruksi masih dianggap sektor yang penting, penambahan pasok hunian mungkin masih akan terjadi meskipun dengan kondisi tidak pasti seperti sekaran, tetapi permintaan hunian dipastikan melemah setidaknya hingga kuartal III/2020 karena orang lebih memprioritaskan kebutuhan sehari-hari,” ungkap Kilroy.
Baca Juga
Ekonom Housing Industry Association Angela Lillicrap menambahkan bahwa kondisi pasar properti Australia sesungguhnya sudah menunjukkan adanya penguatan sejak pertengahan 2019. Kondisi itu seharusnya bisa terus berlanjut jika perekonomian Negeri Kanguru tidak terganggu virus corona.
“Kami berharap aktivitas properti di seluruh sektor bisa kembali menguat dengan cepat di sisa 2020 ketika wabah ini mereda,” katanya.