Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Pelebaran Defisit dan Kondisi Politik Ancam Kinerja Ringgit Malaysia

Kinerja mata uang ringgit disebut mengalami tekanan akibat penurunan harga minyak dan tensi politik domestik yang menghangat pasca pengunduran diri Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri.
Suasana jalan kosong di Jalan Bulatan Kampung Pandan di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said
Suasana jalan kosong di Jalan Bulatan Kampung Pandan di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Performa ketahanan mata uang Ringgit Malaysia di tengah pandemi virus corona (Covid-19) diperkirakan dapat berbalik melemah seiring dengan kebijakan pelebaran defisit dan tensi politik domestik yang meningkat.

Berdasarkan laporan  Bloomberg, Senin (6/4/2020),kinerja ringgit yang selama ini mengalahkan Rupiah Indonesia dan Baht Thailand akan diuji dengan faktor-faktor tersebut. Selain itu, penurunan permintaan dan kontraksi pertumbuhan ekonomi juga akan menjadi risiko tambahan.

Kontraksi mata uang ini memunculkan tantangan bagi Perdana Menteri baru Muhyiddin Yasin yang bertekad mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah upaya konsolidasi politik setelah Mahathir Mohamad mundur sebagai Perdana Menteri. Pelemahan mata uang ringgit juga akan mebatasi ruang gerak bank sentral untuk melonggarkan kebijakan.

Tekanan utama mata uang ringgit berasal dari harga minyak yang terus anjlok selama beberapa pekan terakhir. Hal ini dapat mempengaruhi penerimaan negara yang turut menambah risiko terjadinya pelebaran defisit menjadi 4 persen, terlebar sejak 2012 lalu.

Bank sentral Malaysia, Bank Negara Malaysia memperkirakan harga minyak mentah berada di level US$25 hingga US$ 35 per barel pada 2020. Adapun harga minyak Brent sudah terkontraksi hingga ke level US$30 sejak awal tahun ini.

Sementara itu, nilai tukar Ringgit tercatat pada 4,4490 per dolar AS pada Maret 2020. Perolehan ini mendekati catatan terendah dalam dua dekade terakhir, yakni senilai 4,5002 pada awal 2017 lalu.

Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia juga dapat mempengaruhi performa ringgit. Bank Negara Malaysia mengatakan, akibat pandemi virus corona, pertumbuhan ekonomi Malaysia kemungkinan dapat terkontraksi hingga 2 persen atau bertumbuh 0,5 persen.

Selanjutnya, cadangan devisa yang dimiliki bank sentral Malaysia juga dapat menjadi indikator kemampuan bank sentral menghadapi potensi pelemahan Ringgit. Hingga 13 Maret 2020, cadangan devisa yang dimiliki Bank Negara Malaysia menurun menjadi US$103 miliar, terendah sejak September 2019.

Kondisi politik domestik juga akan menimbulkan rintangan tersendiri. Muhyiddin yang menggantikan Mahathir sebagai Perdana Menteri kemungkinan akan menghadapi mosi tidak percaya ketika parlemen kembali berjalan pada Mei 2020 mendatang. Perubahan keberpihakan diantara anggota parlemen juga berpotensi memunculkan risiko pembentukan pemerintahan baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper