Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asia Perlu Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona

Jumlah harian kasus positif dikonfirmasi mulai meningkat lagi dan bukti baru dari kasus tanpa gejala memicu ketakutan akan penularan antar manusia, sejumlah negara kini telah mengambil langkah-langkah yang jauh lebih ketat.
Warga menggunakan masker saat berjalan melewati toko-toko di Nanjing Road di Shanghai, China, Sabtu (14/3/2020). Bloomberg/Qilai Shen
Warga menggunakan masker saat berjalan melewati toko-toko di Nanjing Road di Shanghai, China, Sabtu (14/3/2020). Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Asia yang mulai merasakan lega setelah melihat efek penanganan terhadap virus corona dianggap telah membuahkan hasil kini dihadapi dengan potensi penularan gelombang kedua.

Kekhawatiran ini dipicu oleh tingginya jumlah penduduk yang memutuskan untuk kembali ke negara atau kota asal mereka sebelum lockdown atau kebijakan karantina wilayah diberlakukan.

Ketika jumlah harian kasus positif yang dikonfirmasi mulai meningkat lagi, dan bukti baru dari kasus tanpa gejala memicu ketakutan akan penularan antar manusia, sejumlah negara kini telah mengambil langkah-langkah yang jauh lebih ketat.

Jason Kindrachuk, Asisten Profesor dan Kepala Penelitian di Departemen Mikrobiologi Medis & Penyakit Menular Universitas Manitoba Kanada, mengatakan sulit untuk mengetahui kapan kehidupan dapat kembali normal sampai ada vaksin atau hingga pemerintah memiliki data tingkat kekebalan seluruh populasi.

"Kekhawatiran dari virus ini, bagaimana agar kita tidak memulai kembali rantai transmisi virus dan menyia-nyiakan upaya yang selama ini sudah dilakukan untuk menghadapi virus ini," ujarnya seperti dikutip melalui Guardian, Kamis (2/4/2020).

Dilansir melalui Bloomberg, pemerintah China memberlakukan lockdown di sebuah wilayah di Provisi Henan, Jia, setelah setelah seorang wanita diduga telah tertular virus dari dokter tanpa gejala Covid-19 di sebuah rumah sakit.

Puluhan kasus baru yang dilaporkan setiap hari di daratan China hampir semuanya berasal dari luar negeri.

Pekan ini Otoritas kesehatan China akhirnya mencantumkan pasien positif tanpa gejala ke dalam data keseluruhan, yang diperkirakan mewakili 18 persen hingga 31 persen dari jumlah kasus yang dilaporkan.

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan bahwa sampai dengan Selasa (31/3/2020), ada 20.000 orang yang berada di bawah pengawasan sebagai silent carrier potensial.

Presiden China Xi Jinping, dalam kunjungan ke Zhejiang, menyerukan agar pengawasan lebih ditingkatkan pada kasus tanpa gejala.

Sebelumnya, sebuah studi mengatakan pembatasan ekstrim di Wuhan telah membantu mengendalikan wabah dan dengan diangkatnya pembatasan itu sekarang dapat memicu penularan gelombang kedua pada Agustus.

Dalam penelitian dengan pemodelan baru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health, para penulis memperkirakan bahwa jika pembatasan diangkat pada bulan April, gelombang kedua penularan infeksi Covid-19 dapat mundur hingga Oktober.

"Wuhan perlu lebih berhati-hati dalam mengangkat kebijakan pembatasan fisik yang prematur, karena hal itu dapat memicu gelombang kedua yang lebih cepat. Tetapi jika relaksasi dilakukan bertahap, kurva penularan dapat tertunda atau bergerak mendatar," ujar kepala penelitian Kiesha Prem, dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), dikutip melalui Independent.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Bloomberg, Guardian, Independent
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper