Bisnis.com, JAKARTA - Senat AS akhirnya menyetujui rencana stimulus penyelamatan bersejarah senilai US$2 triliun untuk menanggapi krisis ekonomi dan kesehatan yang disebabkan pandemi virus corona.
Kesepakatan itu mendorong DPR yang dipimpin Demokrat untuk segera meloloskan RUU dan mengirimkannya kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangani.
Besaran paket stimulus ini belum pernah terjadi sebelumnya dan mengalahkan bantuan ekonomi sebesar US$800 miliar oleh Presiden Barack Obama saat krisis ekonomi 2008.
Rancangan undang-undang itu disepakati dengan suara 96-0 setelah negosiasi intens selama berhari-hari antara Senat Republik dan Demokrat. Proses tersebut menuntut perubahan RUU yang diajukan minggu lalu oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell.
Dilansir Bloomberg, Kamis (26/3/2020), paket ini mencakup suntikan pinjaman, keringanan pajak, dan bantuan langsung untuk perusahaan besar dan pembayar pajak perorangan. Paket ini diharapkan membantu ekonomi terbesar di dunia itu melewati krisis akibat berhentinya aktivitas industri secara mendadak karena penanganan wabah.
Paket ini memberikan pinjaman dan bantuan sekitar US$500 miliar untuk perusahaan besar, termasuk maskapai yang kesulitan, serta pemerintah negara bagian dan kota. Ada pula bagian terpisah sekitar US$350 miliar untuk usaha kecil.
Sementara itu, untuk individu, paket ini meyisihkan bantuan langsung kepada orang Amerika berpenghasilan rendah dan menengah sebesar US$1.200 untuk setiap orang dewasa, serta US$500 untuk setiap anak. Asuransi pengangguran juga akan sangat diperluas. Ada juga bantuan untuk rumah sakit, yang beberapa diantaranaya telah kewalahan menangani pasien.
Menurut penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, bersama dengan upaya Federal Reserve, undang-undang tersebut menghasilkan total stimulus US$6 triliun atau sekitar 30% dari PDB tahunan.
DPR dijadwalkan untuk memberikan suara mengenai undang-undang ini pada Jumat esok. Trump mendesak Kongres untuk bertindak tanpa penundaan dan mengatakan dia akan segera menandatangani undang-undang tersebut.
Namun demikian, jumlah itu mungkin tidak cukup untuk mencegah pukulan jangka pendek yang besar pada ekonomi dan peningkatan pengangguran yang dramatis. Ekonom dan anggota parlemen mengatakan dibutuhkan stimulus lebih besar lagi. Kongres sudah membahas stimulus putaran berikutnya.
"Saya belum pernah melihat Kongres bergerak sangat cepat untuk melakukan sesuatu yang begitu besar. Sayangnya, masalahnya mungkin lebih besar dan lebih cepat, "kata Jason Furman, anggota tim ekonomi Barack Obama selama resesi 2008.
Ketua DPR Nancy Pelosi memuji kesepakatan itu, yang pada prinsipnya dikerjakan oleh pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin selama beberapa hari negosiasi maraton.
Pemimpin Mayoritas Steny Hoyer mengumumkan Rabu malam bahwa DPR akan berusaha meloloskan RUU virus Corona pada Jumat melalui pemungutan suara (voice vote) yang tidak mengharuskan kehadiran para anggota di Washington. Para pemimpin Partai Republik mengatakan mendukung strategi ini.
"Untuk melindungi keselamatan anggota dan staf dan mencegah penyebaran Covid-19 lebih lanjut melalui perjalanan anggota, Pemimpin Republik dan saya berharap bahwa pemilihan DPR pada bagian akhir akan dilakukan dengan voice vote," tulis Hoyer.
Sementara itu, wabah telah merambah ke anggota Kongres dimana tiga diantaranya melaporkan positif terjangkit corona dan beberapa lainnya tegah dalam karantina mandiri.