Bisnis.com, JAKARTA — RSPI Sulianti Saroso telah mempersiapkan 11 ruangan isolasi tambahan untuk mengantisipasi lonjakan pasien dalam pengawasan (PDP) terkait wabah virus Corona (Covid-19). Dengan demikian, total ada 22 ruangan isolasi di RSPI Sulianti Saroso hingga Rabu (11/3/2020).
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengatakan, pihaknya menargetkan dapat menampung 140 pasien dalam pengawasan jika lonjakan pasien berlangsung dalam waktu yang lama.
“Indonesia Itu harus siap dalam keadaan apapun, jadi termasuk RSPI sebagai rumah sakit rujukan infeksi maka kita yang pertama kali harus melakukan perluasan jika terjadi eskalasi,” kata Syahril kepada Bisnis di ruang kerjanya.
Sejak 3 Januari 2020, RSPI telah merawat 39 pasien dalam pengawasan (PDP). Kemudian, sudah ada 28 pasien dalam pengawasan diperkenankan untuk pulang. Sementara itu, 10 lainnya masih dirawat intensif di ruang isolasi dan satu sisanya meninggal dunia.
Syahril juga menambahkah dari delapan pasien positif virus Corona, telah memperlihatkan gejala klinis yang stabil baik. Artinya, ia menerangkan, tidak ada demam yang tinggi, tidak ada sesak nafas.
“Keadaan umumnya baik, bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, ganti pakaian makan, ke toilet Tanpa harus dibantu,”ujarnya.
Baca Juga
Pasien positif terpapar virus Corona di Indonesia kembali bertambah. Kini, total pasien yang terjangkit virus Corona di dalam negeri mencapai 34, alias bertambah tujuh dari Selasa (11/3/2020).
Pertumbuhan penyebaran Covid-19 di Indonesia membuat pemerintah berupaya menggenjot upaya pelacakan atau tracing.
Juru bicara penanganan Covid-19 untuk Indonesia Achmad Yurianto mengatakan upaya pelacakan dilakukan dengan mendata seluruh kontak dekat pasien tercatat. Selanjutnya pemerintah mengidentifikasi gejala yang timbul dari setiap kontak dekat setelah bertemu dengan pasien.
"Bagaimana cara mengendalikan penyebaran, dengan menemukan kasus positif lalu isolasi," kata Yuri.
Setidaknya saat ini pemerintah mengelompokkan potensi penyebaran berdasarkan temuan kasus. Seperti kasus pertama disebut sebagai klaster Jakarta yang diduga telah menularkan kepada 5 orang. Sebanyak 2 di antaranya adalah warga negara asing.
Kemudian kasus pertama juga memunculkan subklaster. Kasus 03 dan 04 yang diduga terinfeksi kasus 01, memiliki kelompok masing-masing yang diduga berpotensi terpapar.