Bisnis.com, JAKARTA – Tak dapat dipungkiri, ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains menjadi momok bagi sebagian besar pelajar di Tanah Air. Bukan rahasia lagi jika mata pelajaran yang berkaitan dengan sains tidak disukai atau bahkan dihindari oleh mereka.
Demikian halnya dengan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang P.S. Brodjonegoro. Dia menyebut keputusannya untuk melanjutkan studinya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) pada 1990 ikut dipengaruhi oleh kekhawatirannya akan sulitnya belajar sains di perguruan tinggi.
Padahal, saat duduk di bangku SMA putra Soemantri Brodjonegoro yang tak lain Guru Besar Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) itu masuk di jurusan IPA.
“Saya dulu SMA itu ya jurusannya IPA, tapi kuliahnya malah di FE-UI. Bukan di ITB atau Universitas Gadjah Mada (UGM) ambil jurusan Kimia, Fisika, atau jurusan sains. Saya mikirnya ya di SMA saja sains sudah sedemikian sulitnya dan cenderung menakutkan. Bagaimana nanti ketika belajar di perguruan tinggi, pastinya lebih sulit,” katanya saat menghadiri peluncuran Indonesia Science Expo (ISE) 2020 di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta pada Rabu (4/3/2020).
Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Pembangunan Nasional (Bappenas) itu mengatakan bahwa sains menjadi momok bagi pelajar Indonesia lantaran cara penyampaiannya yang kurang tepat.
Seharusnya, sains disampaikan kepada pelajar dengan mengedepankan hal-hal menarik dan menyenangkan, bukan hanya menitikberatkan berbagai rumus hitungan membuatnya tidak disukai atau malah dihindari.
Baca Juga
“Jangan seperti generasi saya yang ketika sains disampaikan dengan begitu menyeramkan. Sains itu harus disampaikan dengan baik, mengedepankan sisi fun dengan berbagai metode pembelajaran yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Kita harus buat agar pelajar ini bisa mencintai sains dan berminat mempelajari dan mendalaminya,” tuturnya.
Bambang mengatakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menumbuhkan kecintaan pelajar Indonesia terhadap sains adalah memberikan penjelasan bahwa orang-orang terkaya di dunia saat ini didominasi oleh mereka yang berhasil mengembangkan teknologi atau technopreneur. Dengan demikian di kemudian hari bukan tidak mungkin akan lahir sosok-sosok layaknya Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Larry Elisson dari Indonesia.
“Upaya ini dilakukan untuk melahirkan talenta-talenta yang benar-benar mencintai atau menyukai sains, punya motivasi untuk belajar sains. Karena tanpa ada hal itu tentunya tidak akan optimal. Kita ini juga kurang untuk talent grooming-nya,” tegas Bambang.
Kemudian, Bambang menambahkan sains sangat bergantung pada keberlanjutan dan regenerasi para pelakunya. Oleh karena itu, edukasi sains, khususnya untuk generasi muda sangat penting untuk menciptakan pelaku dan menjamin perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan.