Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anwar Ibrahim Pede Bentuk Pemerintahan Malaysia Selanjutnya

Angin kuat berhembus ke Anwar Ibrahim untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia selanjutnya menggantikan Mahathir Mohamad. Beberapa di antaranya adalah dukungan dari rakyat dan partai lokal bagian Sabah dan Sarawak.
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kanan) didampingi CEO Executive Center for Global Leadership (ECGL) Tanri Abeng memberi paparan terkait di sela-sela acara The ECGL Leadership Forum, di Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kanan) didampingi CEO Executive Center for Global Leadership (ECGL) Tanri Abeng memberi paparan terkait di sela-sela acara The ECGL Leadership Forum, di Jakarta, Rabu (4/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Politisi Malaysia Anwar Ibrahim yakin kubunya memiliki jumlah yang cukup untuk membentuk pemerintahan berikutnya.

"Alhamdulillah saya selalu percaya diri," kata Anwar kepada wartawan, Rabu (26/2/2020), ketika ditanya tentang negosiasi untuk membentuk pemerintahan berikutnya.

"Jumlahnya ada pada raja. Kami tidak seharusnya bermain dengan angka-angka itu," katanya, dikutip dari Bloomberg.

Mantan koalisi Pakatan Harapan setuju untuk mengusulkan Anwar sebagai perdana menteri kepada raja, menurut dua sumber tak disebutkan namanya yang mengetahui tentang keputusan tersebut.

Raja Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah berencana akan bertemu dengan anggota parlemen dari semua pihak untuk membantu menentukan siapa yang mendapat dukungan mayoritas  menjadi perdana menteri menggantikan Mahathir Mohamad.

Sinyal positif lain untuk Anwar datang dari aliansi partai-partai lokal di negara bagian Sabah dan Sarawak. Mereka mengatakan akan mematuhi keputusan yang dibuat raja untuk menyelesaikan kebuntuan politik. Dukungan itu sangat penting bagi kubu Anwar untuk memimpin mayoritas di parlemen dengan 222 kursi.

Jika Anwar terpilih sebagai perdana menteri, ini akan menandai putaran lain dalam persaingan selama puluhan tahun dengan Mahathir. Saling ketidakpercayaan di antara mereka terjadi pada 1990-an, ketika Anwar diusir dari kabinet Mahathir dan ditangkap karena kasus sodomi pada saat keduanya menjadi anggota koalisi Barisan Nasional.

Sementara itu, Anwar telah menunggu untuk mengambil alih kekuasaan dari Mahathir setelah keduanya bergabung bersama dalam koalisi Pakatan Harapan untuk memenangkan pemilihan 2018. Namun, Mahathir berulang kali menunda penyerahan kekuasaan, mendorong perpecahan dalam koalisi Pakatan Harapan, hingga akhirnya pecah pekan ini.

Selama 24 jam terakhir, dua kubu politik utama muncul dalam perlombaan untuk membentuk pemerintahan Malaysia berikutnya, dengan Mahathir dipandang sebagai favorit untuk memimpin salah satu dari kedua kubu tersebut.

Satu kubu dipimpin oleh sekutu Anwar dalam koalisi Pakatan Harapan, sementara kubu lainnya adalah koalisi oposisi Barisan Nasional, yang telah memerintah negara itu selama 6 dekade hingga 2018 dan sebuah aliansi partai Islam.

Di tengah kedua kubu tersebut, ada Mahathir, sekutu-sekutunya dan partai-partai regional dari negara bagian Sabah dan Sarawak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper