Bisnis.com, JAKARTA - Jerman memasuki awal tahun dengan ekonomi yang stagnan dan industri manufaktur yang lemah di tengah ketidakpastian ekonomi global serta wabah virus corona.
Performa ekonomi kawasan ini melemah ke level terendahnya. Pertumbuhan ekonomi Jerman tercatat hanya tumbuh 0,6 persen pada tahun lalu.
Selain tekanan dari ekonomi global, negara ini harus berjibaku dengan sejumlah isu internal mulai dari transisi industri otomotif di era karbon rendah hingga berhentinya pewaris Angela Merkel dari posisi Kanselir Jerman.
Melemahnya ekonomi Eropa juga membebani pergerakan euro. Mata uang Euni Eropa ini berada pada level terendah selama hampir tiga tahun. Imbal hasil utang dengan periode 10 tahun juga masih terjebak di bawah 0.
Pada kuartal akhir tahun lalu, ekonomi Jerman menunjukkan perlambatan tajam dari sisi konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Tak hanya itu, investasi dan kinerja perdagangan juga menunjukkan kondisi tak jauh berbeda.
Kenyataan bahwa ekonomi Jerman melambat, bukannya terjun bebas, seharusnya menjadi pembuktian bahwa negara ini tidak akan masuk ke dalam jurang resesi dalam waktu dekat.
Baca Juga
Kendati demikian, prospek ekonomi masih suram di tengah perbaikan yang ada. Seharusnya, perbaikan ekonomi akan terlihat pada tahun ini, tetapi ekonomi dunia tengah dihantam oleh wabah virus corona.
“Indikator-indikator terbaru misalnya data industrial pada Desember tidak menunjukkan prospek baik dalam jangka pendek. Apalagi, dampak dari virus corona pada ekonomi China akan menunda perbaikan kinerja manufaktur,” kata Carsten Brzeski, Kepala Ekonom ING, dilansir dari Bloomberg, Jumat (14/2/2020).
Ekspektasi perbaikan kinerja ekonomi Jerman sangat tergantung dengan ekonomi China. Negara tersebut merupakan pasar terbesar bagi perusahaan-perusahaan Jerman. Di luar Uni Eropa, China hanya kalah dari Amerika Serikat.