Bisnis.com, JAKARTA- Meski Amerika Serikat (AS) mengklaim tidak ada korban jiwa dalam pengeboman markas mereka oleh Iran, setidaknya puluhan prajurit mengalami trauma di kepala.
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon menyatakan pada Jumat (24/1/202020) waktu setempat bahwa ada 34 prajurit yang didiagnosa mengalami cedera traumatik pada otak menyusul serangan misil Iran pada pangkalan Amerika Serikat di Irak awal Januari.
Jumlah ini lebih banyak dari jumlah yang diumumkan pihak militer sebelumnya.
Pekan lalu, pihak militer AS menyatakan ada 11 tentara yang terluka dan telah dibawa keluar dari Irak karena mengalami gejala cedera di kepala setelah serangan misil pada pangkalan udara Ain al-Asad di sebelah barat Irak.
Para prajurit lainnya juga telah ditransfer keluar dari Irak karena mengalami potensi cedera yang sama.
Sebagaimana dilansir dari Reuters, Sabtu (25/1/2020), Juru Bicara Pentagon, Jonathan Hoffman menyatakan kepada para awak media, 17 tentara yang didiagnosis mengalami cedera telah kembali bertugas di Irak.
Baca Juga
Delapan tentara yang sebelumnya telah dilarikan ke Jerman telah dipindahkan ke Amerika Serikat dan akan menjalani perawatan baik di Rumah Sakit Militer Walter Reed maupun di pangkalaan mereka.
Hoffman mengatakan parap rajurit mereka yang dikirim ke Amerika Serikat dimaksudkan agar bisa lebih dekat dengan pangkalan asal mereka.
Sementara, sembilan prajurit tetap berada di Jerman dan menjalani perawatan serta evaluasi. Lanjutnya, gejala yang dialami oleh para prajurit mula idari sakit kepala, pusing, senstiif terhadap cahaya dan nausea.
Pada Rabu lalu, Presiden Donald trump memberikan pernyataan bahwa dia mendapat informasi para prajurit mengalami sakit kepala dan semacamnya.
Pejabat Pentagon menyatakan tidak ada upaya untuk meminimalisasi atau menunda informasi perihal cedera yang dialami para prajurit. Akan tetapi, hal itu melahirkan pertanyaan bagaimana upaya negeri Paman Sam dalam menangani para korban serangan misil Teheran tersebut.
Hoffman mengatakan Sekretaris Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper telah diarahkan Pentagon untuk melakukan peninjauan proses pengecekan dan pelaporan terkait jumlah korban yang cedera.
Sementara itu, ancaman yang dilontarkan oleh Iran hanya akan mengisolasi lebih jauh negara tersebut, demikian utusan AS untuk Iran pada Jumat (17/1/2020), setelah pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei menyebut perlawanan mereka dapat dilakukan di luar perbatasan Iran.
"Selama rezim mengancam dunia, pihaknya akan semakin terisolasi," kata Brian Hook, utusan khusus AS untuk Iran, kepada wartawan.
"Sampai Iran berperilaku seperti negara normal, isolasi terhadapnya hanya akan semakin parah," katanya.
Dalam khotbah Jumat pertama selama kurun delapan tahun, Khamenei mengatakan di hadapan para jamaah yang meneriakkan "Matilah Amerika" bahwa Pengawal Revolusi dapat bertempur di luar perbatasan Iran pascakematian jenderal besar Iran.