Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump pernah berjanji bahwa dia akan merombak kesepakatan dagang internasional dan menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan global Amerika.
Memasuki tahun ketiganya sebagai presiden, Trump memanfaatkan serangkaian instrumen mulai dari pengenaan tarif, ancaman perdagangan, hingga diskusi bilateral untuk menunjukkan kemampuannya kepada hampir seluruh mitra dagang utama AS.
Setelah mencapai kesepakatan dagang fase satu dengan China dan perubahan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), Trump kini akan menggeser fokusnya pada hubungan perdagangan Amerika Serikat dengan Eropa, Inggris (pasca Brexit), dan India.
Dilansir melalui Reuters, hingga kini AS dan Uni Eropa masih berselisih, khususnya terkait dengan subsidi pesawat, hambatan perdagangan, dan rencana oleh negara-negara Eropa untuk mengenakan pajak pada layanan digital.
Pekan ini Trump memperbaharui ancamannya untuk memberlakukan undang-undang 232 atau Section 232 tentang penerapan tarif hingga 25% pada import kendaraan dari Uni Eropa, meskipun dia sudah melewati batas waktu November 2019 yang ditetapkan oleh hukum AS untuk menetapkan tarif tersebut.
"Uni Eropa akan menanggapi setiap tarif tambahan dengan penerapan cukai balasan", kata Duta Besar Jerman untuk Amerika Serikat, Emily Haber, beberapa waktu lalu, dikutip melalui Reuters, Kamis (23/1/2020).
Sebelumnya, Senin (20/1), Perancis telah sepakat untuk menghentikan pajak digital sebesar 3% terhadap perusahaan teknologi AS, sebagai gantinya Washington akan menunda ancaman tarif hingga 100% pada impor Perancis senilai US$2,4 miliar.
Pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan Italia dan Inggris juga akan menghadapi ancaman tarif jika mereka mengenakan pajak digital.
Washington telah mengenakan tarif 25% untuk anggur Eropa dan barang-barang lainnya, dan tarif 10% untuk pesawat terbang, dan mengancam akan menaikkan tarif itu dan memperluas daftar produk yang terpengaruh jika masalah subsidi tidak diselesaikan.
Sementara itu dengan Inggris, mitra dagang terbesar ketujuh AS, Trump telah menjanjikan kesepakatan perdagangan baru sejak Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menang pada pemilihan di bulan Desember, tetapi sebuah isu antara kedua negara muncul pada pekan ini.
Setelah Mnuchin dan Trump mengancam untuk mengenakan tarif pada impor jika London melanjutkan rencana pajak digital, Menteri Keuangan Inggris Sajid Javid mengatakan akan tetap melanjutkan pengenaan pajak itu pada April mendatang.
"Kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa adalah prioritas pertama Inggris untuk saat ini," ujar Javid di Davos.
Tidak hanya dengan negara-negara Eropa, Washington juga akan merombak hubungan dagang dengan mitra utama mereka di Asia.
Juni tahun lalu, AS menghapus status perdagangan khusus India di bawah Generalized System of Preferences, yang mempengaruhi sekitar US$5,6 miliar ekspor India ke AS, di tengah perselisihan tentang pembatasan perdagangan digital baru India..
Kedua pemerintah berharap untuk menuntaskan kesepakatan perdagangan terbatas pada bulan September, tetapi negosiasi terpaksa berhenti di atas ancaman tarif pada produk pertanian AS dan jadwal persetujuan dagang untuk obat-obatan India.
Dengan Jepang, Trump dan Perdana Menteri Shinzo Abe telah menandatangani perjanjian perdagangan terbatas yang memangkas tarif barang pertanian AS, peralatan mesin Jepang dan produk lainnya, menunda ancaman bea masuk mobil AS yang lebih tinggi pada September silam.
Kedua negara akan menangani masalah otomotif dalam negosiasi putaran kedua yang diperkirakan akan dimulai pada bulan April.
Adapun, ASt dan China diperkirakan akan memulai pembicaraan mengenai isu pelik seperti subsidi pemerintah China sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan fase dua.
Ahli perdagangan skeptis akan ada perjanjian baru yang disepakati sebelum pemilihan presiden AS berlangsung pada November.