Bisnis.com, JAKARTA – Ruang sidang Senat Amerika Serikat (AS) untuk beberapa lamanya terdengar hening. Meski ruangan ini disesaki banyak orang, para hadirin hanya memfungsikan mata dan telinga mereka pada persidangan pemakzulan (impeachment) Presiden Donald Trump.
Senator Elizabeth Warren sibuk menggores catatannya, sementara Bernie Sanders memperhatikan dengan saksama ketika pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS, yang mendorong pemakzulan untuk Trump, mulai melancarkan argumen mereka.
Tapi tidak ada yang bisa melihat apa yang benar-benar dilakukan dua kandidat presiden dari Partai Demokrat itu ataupun 98 anggota lainnya di Senat saat sidang impeachment dibuka pada Selasa (21/1/2020) waktu setempat.
Tak ada fotografer. Kamera-kamera TV yang dikendalikan oleh Senat hanya fokus pada pihak DPR dan tim pembela Trump, seperti dilansir Bloomberg.
Ruang sidang Senat yang biasanya hampir kosong kecuali saat pengambilan suara dipenuhi seluruh 100 senator dengan tumpukan dokumen, pensil, dan gelas pada Selasa. Sementara itu, awak media dan hadirin lain tampak memenuhi galeri.
Tak pula terdengar bunyi pesan elektronik masuk apalagi dering ponsel milik para senator. Seluruh senator menaruh perhatian penuh pada persidangan ini.
Baca Juga
Kondisi ini memang tak bertahan lama. Sebagian terdengar mulai berbisik-bisik kepada rekan di sampingnya. Beberapa berjuang menahan kantuk melalui jam-jam persidangan yang diselingi dengan jeda singkat.
Beberapa senator kemudian tampak berekspresi masam bahkan terkesan jengkel mendengar aturan persidangan yang diusulkan Pemimpin Senat, Mitch McConnell, atau ketika Ketua Intelijen DPR Adam Schiff mengkritik Trump dalam pernyataan pembukaannya.
Schiff merangkum tuduhan terhadap Trump dan mengatakan bahwa presiden dari Partai Republik ini telah melakukan "pelanggaran konstitusional yang membenarkan pemakzulan".
Penasihat Gedung Putih, Pat Cipollone, yang memimpin pembelaan atas Trump, kemudian menyerang dasar tuduhan terhadap Trump dan mengatakan tuntutan Demokrat tidak memenuhi standar pemakzulan berdasarkan Konstitusi AS.
"Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa presiden [Trump] tidak melakukan kesalahan apa pun," kata Cipollone seperti dikutip Reuters,
DPR AS, yang dikendalikan Demokrat, bulan lalu menyetujui tuduhan bahwa Trump telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan menekan Ukraina untuk melakukan penyelidikan terhadap pesaing politiknya dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Trump juga dituduh menghalangi kongres dalam melakukan penyelidikan atas skandal tersebut.
Bagaimana pun, Senat AS akhirnya menolak upaya Demokrat untuk memaksa pihak Gedung Putih mengeluarkan lebih banyak dokumen dan bukti pada sidang pemakzulan Trump.
Para senator yang didominasi Partai Republik memberikan suara 53-47 untuk memblokir tuntutan dari pemimpin Partai Demokrat, Chuck Schumer, guna menghadirkan dokumen-dokumen Gedung Putih terkait transaksi Trump dengan Ukraina.
Trump sendiri telah membantah melakukan kesalahan dan menggambarkan tuduhan Demokrat sebagai tipuan partisan untuk menggagalkan pemilihan presiden pada tahun ini.
Di antara para hadirin yang mengisi ruang sidang Senat pada Selasa (21/1) adalah mantan Senator Jeff Flake dari Arizona, seorang Republik yang dikenal dengan kritknya terhadap Trump.
“Ini hari yang penting. Anda dapat membuat argumen yang bagus untuk kedua belah pihak apakah proses ini akan meningkat ke tingkat di mana presiden [Trump] perlu dicopot,” tutur Flake.
"Saya selalu berkata bahwa saya ingin melihat para pemilih menyingkirkannya, tidak harus Senat karena Anda tidak ingin berada dalam siklus mencoba untuk mendiskualifikasi satu sama lain,” tambahnya.