Bisnis.com, JAKARTA - Iran mulai memperkaya uranium di situs bawah tanah Fordow sebagai bentuk pelanggaran terbaru dari kesepakatannya dengan negara industri maju, menurut laoran pengawas nuklir PBB yang menyebutkan bahwa persediaan uranium yang diperkaya Teheran terus tumbuh.
Secara bertahap Iran terus melampaui batas kesepakatan pada kegiatan nuklirnya sebagai tanggapan atas penarikan Amerika Serikat dari perjanjian nuklir tahun lalu dan penerapan kembali sanksi yang telah melumpuhkan perdagangan minyak Iran.
Teheran menyatakan dapat dengan cepat membatalkan pelanggaran jika sanksi dihapus.
Dalam satu kemungkinan pelanggarannya yang paling simbolis, Iran mengatakan pekan lalu telah mulai memperbaiki uranium di Fordow, sebuah situs yang dibangun di dalam gunung yang aman dari segala pemboman udara. Situs itu disembunyikan Teheran dari para inspektur PBB hingga 2009.
Kesepakatan 2015 melarang pengayaan dan bahan nuklir di sana tetapi mengizinkan beberapa sentrifugal untuk tujuan penelitian.
Dalam laporan triwulanan seperti dikutip Reuters, Selasa (12/11/2019), Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang mengawasi perjanjian itu mengatakan: "Sejak 9 November ...Iran telah melakukan pengayaan uranium di pabrik."
Washington menyatakan "tekanan maksimum" akan memaksa Iran untuk menegosiasikan kesepakatan yang lebih luas, yang meliputi program rudal balistik dan perannya dalam konflik Timur Tengah. Iran menjawab dengan mengatakan tidak akan bernegosiasi sampai sanksi dicabut.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan pada hari Senin (11/11/2019) kekuatan PBB harus siap untuk bereaksi, dan itu bisa berarti menerapkan kembali sanksi internasional terhadap Teheran.
Sementara itu, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini mengatakan dia telah menghubungi para penandatangan perjanjian untuk memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Para menteri UE tidak membahas sanksi pada hari Senin tetapi menjadi "semakin sulit" untuk menyelamatkan perjanjian itu, katanya.