Bisnis.com, JAKARTA – Setidaknya satu pengunjuk rasa terkena timah panas yang ditembakkan polisi dalam bentrokan terbaru di Hong Kong pada Senin (11/11/2019) pagi waktu setempat.
Dilansir melalui Bloomberg, seorang demonstran bertopeng tertembak ketika seorang petugas kepolisian menembakkan sekurang-kurangnya tiga rentetan tembakan dalam suatu bentrokan di daerah Sai Wan Ho, Pulau Hong Kong, menurut laporan berita lokal dan sebuah video yang beredar di media sosial.
Mengutip informasi seorang saksi mata, surat kabar Apple Daily bahkan mengabarkan bahwa dua remaja tertembak, terluka, dan kemudian ditahan.
Aksi protes bereskalasi di seluruh wilayah kota ini selama akhir pekan kemarin menyusul kematian seorang mahasiswa pada Jumat (8/11/2019).
Chow Tsz-lok (22 tahun) seorang mahasiswa di Universitas Sains dan Teknologi (UST) Hong Kong, meninggal karena luka-luka yang dideritanya usai terjatuh dari lantai tiga ke lantai dua tempat parkir pada Senin (4/11/2019) dalam suatu tindak operasi oleh polisi.
Seperti yang diperkirakan, kematian Chow menyulut kemarahan lebih lanjut terhadap pihak kepolisian yang sudah menghadapi tekanan karena tudingan penyalahgunaan kekuatan.
Baca Juga
Para aktivis merusak toko-toko dan stasiun kereta api. Mereka juga melemparkan bom molotov ke kantor polisi dan memblokir jalanan, menurut para pejabat dalam sebuah pernyataan.
Gas air mata dan kendaraan-kendaraan khusus dikerahkan untuk membubarkan massa. Pihak kepolisian dilaporkan melakukan 88 penangkapan karena sejumlah pelanggaran mulai dari perkumpulan ilegal hingga kepemilikan senjata.
“Polisi menegaskan kembali bahwa tidak ada perilaku kekerasan yang akan ditoleransi,” ujar pihak polisi dalam sebuah pernyataan.
"Polisi akan terus mengambil tindakan tegas untuk melindungi keselamatan publik kota dan membawa semua pelanggar hukum ke muka pengadilan,” lanjutnya.
Kemarahan atas taktik yang dilancarkan polisi dalam tindakan yang melukai demonstran telah menjadi fokus utama demonstrasi baru-baru ini.
Menurut Panel Pakar Independen, pengawas polisi Hong Kong tidak memiliki wewenang atau sumber daya untuk menyelidiki secara efektif protes yang sedang berlangsung di kota itu.
Pihak panel melihat kekurangan dalam wewenang Dewan Pengaduan Polisi Independen (IPCC), menurut pernyataan yang diposting di akun Twitter anggota panel Clifford Stott, seorang dekan untuk penelitian di Keele University, Inggris.
Pada bulan Juli, Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam menugaskan IPCC dengan melakukan studi pencarian fakta atas kerusuhan-kerusahaan yang terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran publik tentang perilaku dan taktik polisi.