Bisnis.com, JAKARTA - Beijing akan menggunakan konflik militer dengan Taiwan untuk mengalihkan perhatian publik dari tekanan domestic, jika perlambatan ekonomi terbesar kedua di dunia mengancam legitimasi Partai Komunis China, kata Menteri Luar Negeri Taiwan.
Menjelang pemilihan Pesiden Taiwan pada Januari, China telah meningkatkan kampanye untuk "menyatukan kembali" negaranya dengan Taiwan yang dianggapnya sebagai provinsi pemberontak.
China telah mengusir pejabat dipomatik yang bersekutu dengan Taiwan dan mengirim pesawat patroli pembom reguler di sekitar wilayah pulau itu.
Dalam sebuah wawancara, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menilai telah terjadi perlambatan ekonomi China akibat perang dagang yang pahit dengan Amerika Serikat.
"Jika stabilitas internal adalah masalah yang sangat serius, atau perlambatan ekonomi telah menjadi masalah yang sangat serius bagi para pemimpin China untuk diatasi, maka hal itu harus sangat kami waspadai," kata Wu seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (8/11/2019).
"Kita perlu mempersiapkan diri kita untuk situasi terburuk yang akan datang ... konflik militer."
Baca Juga
Ekonomi China, meskipun masih tumbuh, diperkirakan melambat ke level terendah hampir selama 30 tahun pada tahun ini. Kondisi itu merupakan tantangan yang berat bagi Beijing dalam meningkatkan stimulus untuk menjaga pertumbuhan yang telah menjadi dasar legitimasi politik Partai Komunis.
Wu mengatakan situasi ekonomi di China "OK" saat ini, tetapi mendesak negara-negara lain untuk memperhatikan apa yang dia lihat sebagai masalah di sana, seperti pengangguran dan ketidakpuasan rakyat.
"Mungkin Xi Jinping sendiri dipertanyakan legitimasinya karena tidak mampu menjaga pertumbuhan ekonomi China," kata Wu, merujuk pada Presiden China.