Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Perang Berkepanjangan, Museum Afghanistan Pulihkan Artefak Budha

Setelah pemerintah Taliban jatuh pada tahun yang sama, museum mulai memulihkan sisa-sisa sejarah Buddhis negara itu. Proyek terbaru yang didukung AS ini bertujuan untuk merakit kembali ribuan keping menjadi patung dalam tiga tahun ke depan.
Mohammad Fahim Rahimi, Direktur Museum Nasional Afghanistan/Reuters
Mohammad Fahim Rahimi, Direktur Museum Nasional Afghanistan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Memulihkan artefak Buddha Afghanistan yang dihancurkan oleh Taliban 18 tahun lalu ibarat mengerjakan puzzle jigsaw berusia 1.500 tahun.

Taliban, kelompok Islam militan, pada 2001 menghancurkan artefak yang berasal dari abad ketiga ketika banyak orang Afghanistan mempraktikkan agama Buddha. Hal itu termasuk dua patung Buddha yang menjulang di provinsi Bamyan dan sejumlah yang lebih kecil digali dari biara-biara dan dilestarikan di museum nasional di Kabul.

Setelah pemerintah Taliban jatuh pada tahun yang sama, museum mulai memulihkan sisa-sisa sejarah Buddhis negara itu. Proyek terbaru yang didukung AS ini bertujuan untuk merakit kembali ribuan keping menjadi patung dalam tiga tahun ke depan.

"[Pekerjaan] ini sangat penting karena sebenarnya adalah pemulihan warisan kami, identitas kami, masa lalu kami," kata Mohammad Fahim Rahimi, direktur Museum Nasional Afghanistan, dilansir Reuters, Selasa (15/10/2019).

Dia melanjutkan, Buddhisme dipraktikkan di Afghanistan selama lebih dari 1.000 tahun dan menjadi bagian yang sangat besar dari sejarah negara itu.

Empat puluh tahun perang, dari pendudukan Soviet 1980-an hingga pertempuran internal dan perang melawan Taliban, telah menghancurkan banyak seni, artefak, dan arsitektur Afghanistan. Panglima perang mencuri potongan lainnya dan menjualnya ke luar negeri.

Konservator Sherazuddin Saifi, 62, bekerja di museum di bawah Taliban pada 2001.

"Mereka ingin kami memberi tahu mereka jumlah barang antik dan kami mengabaikan permintaan mereka, tetapi beberapa hari kemudian mereka datang dan mulai melanggar barang antik," kata Saifi, yang masih bekerja di museum.

Saifi menambahkan, barang antik ini adalah harta nasional dan sejarah negara. Di sebuah ruang kelas di museum para konservator Afghanistan bekerja bersama para pakar dari Institut Oriental Universitas Chicago.

Rahimi mengakui bantuan AS sangat berharga karena para konservator Afghanistan kurang pengalaman dan kurang menguasai soal bahan kimia serta lem yang diperlukan untuk pekerjaan restorasi.

Kadang-kadang mereka bekerja berdasarkan foto yang diarsipkan yang menunjukkan patung-patung utuh. Dalam kasus lain pencitraan 3-D diperlukan untuk memilah dan memasang kembali serpihan plesteran wajah, tangan, dan torsi Buddha.

Seorang juru bicara Taliban, yang sampai bulan lalu terlibat dalam pembicaraan damai dengan Amerika Serikat, mengatakan kelompok itu tidak memiliki rencana untuk menghancurkan barang antik.

"Semua artefak antik akan disimpan di tempatnya. Mereka harus dilestarikan untuk pendidikan sejarah dan budaya generasi mendatang," kata juru bicara Suhail Shaheen.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada rapat umum, Kamis pekan lalu, bahwa tentara Amerika telah berada di Afghanistan cukup lama. Tetapi, lanjutnya, pembicaraan dengan Taliban mengenai penarikan pasukan AS, yang dimaksudkan sebagai langkah menuju perdamaian, gagal pada September.

Prospek reintegrasi Taliban dalam kesepakatan pembagian kekuasaan menyulitkan Rahimi, yang mencari opsi untuk memindahkan artefak jika mereka terancam lagi.

"Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi lagi pada warisan kita," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper