Bisnis.com, JAKARTA – Leher seorang petugas kepolisian Hong Kong dilaporkan telah menjadi sasaran berdarah amukan para pengunjuk rasa dalam bentrokan yang terjadi pada Minggu (13/10/2019) waktu setempat.
Menurut pihak kepolisian, petugas tersebut menderita luka leher setelah diserang dengan benda tajam di sebuah stasiun kereta bawah tanah.
Demonstran pro-demokrasi menyebar di 18 distrik Hong Kong pada Minggu (13/10/2019) dan melanjutkan tekanan untuk memenuhi tuntutan mereka kepada pemerintah, termasuk hak untuk memilih dan memilih pemimpin mereka sendiri.
Sebagian aksi unjuk rasa di pusat perbelanjaan yang semula berjalan damai kemudian dirusuhkan oleh ulah pengunjuk rasa berpakaian hitam yang merusak toko-toko dan stasiun-stasiun metro.
Seorang pemrotes anti-pemerintah memukul seorang pria saat demonstrasi di distrik Tseung Kwan O, di Hong Kong, Cina, 13 Oktober 2019./Reuters
Baca Juga
Gambar-gambar yang disiarkan televisi memperlihatkan orang-orang yang sedang berbelanja berteriak-teriak ketakutan. Pihak berwenang kemudian diinformasikan menembakkan gas air mata di beberapa tempat untuk membubarkan massa yang merusak toko-toko dan fasilitas umum.
Akibat aksi pengurasakan yang serius, operator kereta bawah tanah MTR Corp. mengatakan pada Senin (14/10) bahwa seluruh jalur kereta bawah tanah utama, bus MTR, dan LRT akan ditutup lebih awal pada pukul 10 malam.
“Meski demikian, rute Airport Express tidak terdampak. Keputusan ini dibuat setelah meninjau perbaikan yang tengah berlangsung dan melakukan evaluasi risiko bersama dengan pemerintah,” terang pihak MTR, seperti dilansir dari Bloomberg.
Secara keseluruhan, gangguan itu tidak seburuk awal bulan ini, ketika sistem kereta bawah tanah benar-benar ditutup karena meluasnya kekerasan setelah Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam memanfaatkan undang-undang darurat untuk melarang penggunaan masker wajah pada demonstran.
Sebelum akhir pekan kemarin, sebagian aktivis telah mendesak aktivis lainnya untuk mengurangi aksi kekerasan. Aksi yang telah merugikan banyak toko, bank, dan stasiun kereta api itu dikhawatiran dapat mengurangi dukungan untuk gerakan mereka.
Para pemrotes anti-pemerintah memukul seorang pria saat demonstrasi di distrik Tseung Kwan O, di Hong Kong, Cina, 13 Oktober 2019./Reuters
Sementara itu, beberapa agenda pekan ini diperkirakan dapat menyulut protes lebih lanjut. Lam dijadwalkan akan menyampaikan pidato kebijakan ekonomi tahunannya.
Di sisi lain, di Amerika Serikat (AS), para anggota parlemen di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dapat memberikan suara pada rancangan undang-undang yang akan menuntut tinjauan tahunan status perdagangan khusus Hong Kong dan sanksi potensial terhadap beberapa pejabat pemerintah China.
Para pengunjuk rasa Hong Kong dikabarkan berencana untuk mengadakan demonstrasi mendukung RUU tersebut di pusat bisnis Central pada Senin (14/10) mulai pukul 7 malam waktu Hong Kong.
“Para pengunjuk rasa dan masyarakat di Hong Kong tentu ingin mendapatkan lebih banyak perhatian dunia internasional, mereka ingin meraih simpati internasional,” ujar Joseph Cheng, seorang pensiunan profesor ilmu politik dan aktivis pro-demokrasi.
“Namun ada kekhawatiran jelas bahwa aksi-aksi kekerasan dapat kehilangan dukungan internasional. Ada kesadaran yang pasti tentang ini,” tambahnya.
Para pengunjuk rasa juga khawatir bahwa kekerasan dapat memberikan alasan kepada pemerintah untuk menunda pemilu lokal bulan depan, terutama karena para demonstran masih memperoleh dukungan masyarakat Hong Kong. Rating dukungan untuk Lam sendiri telah terjebak di kisaran rekor terendah selama berbulan-bulan.