Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat bersiap untuk melakukan pembalasan atas serangan dahsyat yang belum pernah terjadi sebelumnya pada fasilitas minyak Saudi Aramco setelah Presiden Donald Trump mengatakan Iran kemungkinan besar sebagai pelaku serangan tersebut.
Pernyataan Trump tersebut memicu kekhawatiran akan terjadi gejolak di kawasan Teluk.
Trump mengatakan dia siap membantu sekutu kunci Arab Saudi melawan serangan pesawat tak berawak pada akhir pekan tersebut. Serangan itu memicu lompatan rekor harga minyak global. Hanya saja AA tetap menunggu kepastian tentang pelaku yang bertanggung jawab atas serangan itu.
“Kami memiliki banyak pilihan,” kata pemimpin AS itu kepada wartawan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (16/9).
Dia juga mengatakan tidak perlu beraksi terburu-buru karena diperlukan pembicaraan dengan sekutu terlebih dahulu. “Saya tidak ingin terlibat dalam konflik baru, tetapi kadang-kadang terpaksa,” katanya.
Trump mengatakan serangan atas instalasi minyak mentah Arab Saudi sangat besar sehingga bisa dibalas dengan serangan yang jauh lebih besar.
Setelah bertemu dengan Trump, Menteri Pertahanan AS Mark Esper juga menyebut Iran sebagai kekuatan perusak stabilisasi regional meski tidak langsung menuduh Teheran atas serangan itu.
Militer AS, katanya, bekerja sama dengan para mitranya untuk "mengatasi serangan yang belum pernah terjadi tersebut untuk mempertahankan tatanan berdasarkan aturan internasional yang sedang dirusak oleh Iran.
Meski rincian serangan pada Sabtu lalu di Abqaiq, fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia dan di ladang minyak Khurais belum jelas, tetapi produksi minyak mentah Arab Saudi turun separuhnya.