Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa AS siap menghadapi Iran jika negara Republik Islam ini terbukti melakukan serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi.
“Ada alasan untuk percaya bahwa kita tahu pelakunya, [AS] siap tergantung pada verifikasi nanti,” tulis Trump melalui akun Twitter miliknya pada Minggu (15/9/2019), tanpa spesifik menyebut Iran ataupun menentukan respons seperti apa yang akan terjadi.
Saudi Arabia oil supply was attacked. There is reason to believe that we know the culprit, are locked and loaded depending on verification, but are waiting to hear from the Kingdom as to who they believe was the cause of this attack, and under what terms we would proceed!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 15, 2019
Trump mengatakan sedang menunggu kabar dari Arab Saudi tentang siapa yang diyakini menyebabkan serangan itu dan bagaimana langkah-langkah selanjutnya.
Pada Sabtu (14/9), fasilitas minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais, sekaligus pada produksi minyak secara keseluruhan.
Beberapa pejabat pemerintah AS pada Minggu (15/9) mengatakan memiliki bukti kuat bahwa Iran bertanggung jawab atas serangan itu, alih-alih pemberontak Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Sebelumnya, pada Sabtu (14/9), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dengan tegas dalam sebuah cuitan bahwa Iran-lah yang harus disalahkan.
Baca Juga
Dua pejabat pemerintah AS, yang meminta untuk tidak disebutkan identitasnya, mengungkapkan kepada awak media bahwa rudal jelajah mungkin telah digunakan dalam serangan terhadap ladang minyak Saudi dan fasilitas pemrosesan minyak mentah terbesar di dunia di Abqaiq.
Jarak dari Yaman juga jauh melampaui jarak yang pernah dilakukan oleh pemberontak Houthi, menurut pejabat tersebut.
Pejabat pemerintah lain, yang juga meminta untuk tidak diidentifikasi karena telah mendiskusikan temuan-temuan non-publik, menginformasikan adanya penggunaan amunisi berpemandu presisi.
Para pejabat pemerintah AS juga tidak mengesampingkan penggunaan drone bersenjata, bahkan ketika mereka menampik klaim Houthi tentang serangan menggunakan pesawat tanpa pilot.
Sekarang, tantangan yang dihadapi pemerintahan Trump adalah menyeimbangkan respons keras terhadap apa yang dikatakannya merupakan tindakan agresi Iran.
Para analis juga memperingatkan bahwa tiadanya langkah tegas dapat memberi kesan kepada Iran atau milisinya di seluruh Timur Tengah bahwa mereka dapat menyerang musuh-musuh mereka dengan bebas tanpa hukuman.
"Tidak ada respons yang bagus mengenai hal ini,” ujar Aaron David Miller, rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace.
“Pertanyaannya menjadi bagaimana AS bernavigasi di antara tidak membiarkan preseden ini berdiri di satu sisi, dan menghindari eskalasi hukuman atau yang dirancang untuk mencegah serangan di masa depan tanpa eskalasi. Dan jawabannya adalah tidak ada jawaban,” papar Miller, dikutip dari Bloomberg, Senin (16/9/2019).
Sebagian ahli mengatakan ragu Trump akan bersedia menggunakan kekuatan terhadap Teheran atau berisiko meningkatkan kekerasan di Timur Tengah menjelang pemilihan presiden AS pada 2020.
Pada bulan Juni, Trump mengatakan mempertimbangkan serangan militer terhadap Iran karena menembak jatuh pesawat tak berawak AS. Namun ia kemudian membatalkan rencana tindakan itu pada menit-menit terakhir.
Para analis juga mengatakan serangan itu mungkin tidak banyak membantu menghalangi Trump untuk mengupayakan pertemuan dengan Presiden Iran Hassan Rouhani dalam upaya untuk menengahi perjanjian nuklir baru.