Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menuding Iran memimpin serangan terhadap kilang minyak Saudi Aramco Saudi yang telah menghilangkan setengah dari produk minyak mentah kerajaan tersebut.
Pompeo mengesampingkan keterlibatan pihak Yaman dan mengecam Teheran karena terlibat dalam diplomasi palsu.
Kelompok pemberontak Hutsi yang berafiliasi dengan Iran itu mengklaim serangan terhadap dua instalasi di jantung industri minyak Arab Saudi tersebut. Instalasi itu merupakan fasilitas pemrosesan minyak bumi terbesar di dunia.
Namun, Pompeo mengatakan di Twitter bahwa tidak ada bukti serangan datang dari Yaman.
"Teheran berada di balik hampir 100 serangan terhadap Arab Saudi, sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi," kata Pompeo, merujuk pada Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menteri Luar Negeri Mohammed Javad Zarif seperti dikutip Reuters, Minggu (15/9).
"Di tengah semua seruan untuk de-eskalasi, Iran kini telah meluncurkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia," tambahnya. Akan tetapi Departemen Luar Negeri AS menolak memberikan bukti untuk mendukung klaim Pompeo tersebut.
"Kami menyerukan semua negara untuk secara terbuka dan tegas mengutuk serangan Iran," kata Pompeo. Dia memperingatkan bahwa pemerintahan Trump akan bekerja dengan sekutunya untuk memastikan Iran "bertanggung jawab atas agresi itu."
Tahun lalu, Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir 2015 yang bertujuan untuk mengendalikan ambisi nuklir Teheran. AS kembali memberlakukan serangkaian sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Akan tetapi, dalam beberapa minggu terakhir, Trump mengatakan dia akan terbuka untuk bertemu dengan Rouhani yang diperkirakan dilakukan di sela-sela Sidang Majelis Umum Nasional di New York akhir bulan ini. Pompeo mengatakan pembicaraan seperti itu bisa terjadi tanpa prasyarat.
Senator Republik Lindsay Graham, sekutu dekat Trump dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan serangan hari Sabtu menunjukkan Iran tidak tertarik pada perdamaian dan malah mengembangkan senjata nuklir dan memperkuat dominasi regional.
"Sekarang saatnya bagi AS untuk melakukan serangan terhadap kilang minyak Iran jika mereka melanjutkan provokasi mereka atau meningkatkan pengayaan nuklir," kata Graham di akun Twitter miliknya.