Bisnis.com, JAKARTA – Akademisi dan pebisnis Rhenald Kasali angkat bicara soal isu PHK massal di perusahaan televisi swasta nasional NET TV yang marak diberitakan beberapa hari terakhir.
Ditemui di Rumah Perubahan Rhenaldi Kasali, Bekasi pada Selasa (13/8/2019), dia menilai NET TV masih memiliki paham konvensional dengan bergantung pada pendapatan iklan, sehingga menyebabkan kegagalan dalam memprediksi penghasilan pada masa depan.
“NET TV beberapa hari ini beritanya muncul, kenapa? Analisisnya, Analisis konvensional. Analisis lama itu seperti gagal marketing, gagal keuangan, gagal perencanaan keuangan,” ungkapnya.
Menurut Rhenald televisi kini tidak lagi menjadi satu-satunya media yang dikonsumsi orang banyak, sama seperti surat kabar pada tahun 1990 hingga 2000-an.
Efek jejaring, menurutnya, adalah salah satu alasan mengapa produk tidak lagi bisa bertahan sendiri (stand alone) saat ini.
“Sekarang TV yang untung paling cuma dua, grupnya MNC, sama grupnya EMTEK. Tanya sama TVONE, untung berapa? Karena ada televisi yang pendekatannya baru dengan teknologi. Kalau dulu itu namanya resource control, sekarang metodenya orkestrasi. Asetnya sedikit, intengibles-nya banyak,” sambung Rhenald.
Rhenald mencontohkan salah satu produk gagal karena istilah stand alone ini adalah Nokia, yang menurutnya memiliki sumber daya dan teknologi baik, namun kalah saing karena tidak memiliki efek berkelanjutan.
“Nokia, CEO-nya pernah bilang begini, we didn’t do anything wrong, but somehow we lost. Kenapa? Karena produknya stand alone. Dia dikalahkan Android dan iPhone, karena Android dan iPhone begitu dijual tak
putus, ada Playstore ada Appstore, gratis dan berbayar. Terus orang masih bilang lagi pendapatannya dari iklan? Keliru, bung,” tutupnya.