Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan terdapat tiga faktor yang menjadi isu di seputar sektor energi yang turut mendorong negara mengembangkan energi terbarukan.
Faktor pendorong ini meliputi kebutuhan penguatan ketersediaan energi (energy security), semakin mahalnya harga energi fosil, serta permasalahan lingkungan.
"Energi [fosil] itu menjadi bagian dari kekuatan politik setelah perang Arab-Israel pada Oktober 1974. Waktu itu harga minyak baru 1 dolar 75 sen. Karena itu negara-negara Arab bersatu untuk menaikkan harga minyak dari 1 dolar 75 sen menjadi 10 dolar. Seluruh dunia terkejut," kata Jusuf Kalla dalam Mini Seminar 'Geopolitik Transformasi Energi' di Jakarta, Rabu (31/07/2019).
Setelah kesadaran Arab akan pentingnya fungsi energi fosil ini, kata JK, ketersediaan energi menjadi bagian dari pertarungan politik dunia ini.
"Dalam waktu 20 tahun kemudian, harga minyak naik dari US$10 menjadi US$30 per barel pada 1980. kemudian tahun 90 naik menjadi 70, dan akhirnya naik pada 2008 mencapai puncak pernah harga minyak itu 147 dolar per barel," katanya.
Untuk mengatasi tiga persoalan sekitar energi ini, kata JK, pemerintah negara dunia berfokus untuk mencari kemandirian energi masing-masing. Solusi yang paling dekat adalah mengembangkan energi terbarukan.
"Karena itulah maka, kebijakan renewable energy digunakan oleh semua negara di dunia," katanya.