Bisnis.com, JAKARTA - Hujan es sebesar butiran kelereng sempat terjadi di Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Meski dianggap fenomena langka, gejala alam ini tetap mungkin terjadi jika dalam kondisi tertentu.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Aceh Zakaria mengatakan kejadian hujan es di Aceh Tengah berlangsung saat beberapa wilayah di sekitarnya sedang kemarau.
"Hujan es biasanya terjadi di satu daerah yang sangat lokal dan dengan durasi yang singkat yaitu lebih-kurang antara 7 - 12 menit saja," katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (8/7/2019),
Syaratnya terjadi hujan es ini lanjutnya hampir sama dengan syarat terjadinya angin puting beliung. Keduanya sama-sama terjadi akibat adanya awan CB atau Cumulonimbus sehingga fenomena cuaca tersebut sulit diprediksikan.
Menurut Zakaria terjadinya hujan es harus diiringi dengan kemunculan awan CB dengan tinggi dasar awan yang sangat dekat dengan permukaan tanah. Sementara itu, suhu udara di bawah awan juga harus sangat dingin.
Dengan demikian saat kristal awan CB mulai jatuh ke tanah sebagai hujan, kristal tidak mampu mencair akibat permukaan di bawah awan juga dalam kondisi dingin. Alhasil masyarakat merasakan langsung kristal yang menjadi butir-butir es tersebut jatuh ke permukaan tanah.
Baca Juga
Fenomena ini kata dia tidak menutup kemungkinan akan terjadi kembali. Asalkan beberapa syarat di atas terpenuhi sehingga masyarakat dapat merasakan es jatuh ke permukaan tanah.
"Hujan es itu tidak dapat diprediksi karena sifatnya sangat lokal dan durasi sangat singkat. Akan tetapi tetap dapat terjadi jika beberapa gelaja alam seperti penjelasan di atas dapat kembali terjadi," tuturnya.
Kendati demikian, peristiwa ini memberi dampak buruk bagi perkebunan warga. Sejumlah laporan menyebut kebun kopi dan pertanian warga rusak akibat hujan yang terjadi di wilayah tersebut.